I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan memilki banyak
komoditas yang bernilai ekonomis tinggi terutama udang dan merupakan salah satu
komoditas penghasil devisa negara. Komoditi, ini dilaris baik dipasar domestik
maupun dipasar internasional sehingga dari segi budidaya, budidaya perikanan
memberikan banyak peluang yang sangat potensial untuk usaha dan wirausaha.
Indonesia pernah mengalami masa keemasan dalam bidang budidaya udang yaitu pada
pada waktu yaitu pada waktu udang windu masih mudah dipelihara.
Seiring dengan kemajuan teknologi
budidaya perikanan pada satu sisi dapat meningkakan produksi sektor perikanan,
namun disisi lain, dengan padat tebar yang tinggi serta pemberian pakan yang
berlebihan, menyebabkan pergeseran keseimbangan antara lingkungan udang yang
pelihara dan patogen penyebab penyakit.
Kerugian yang ditimbulkan akibat
serangan suatu penyakit dapat berbentuk kematian, pertumbuhan yang lambat atau
produksi menurun (bahkan bisa berhenti sema sekali). Udang pernah terserang
penyakit bisa menjadi sumber penyakit, yaitu menjadi agen (perantara) terhadap
timbulnya penyakit baru sehingga dapat berakibat fatal bagi usaha budidaya.
Penyakit merupakan suatu keadaan
dimana organisme tidak dapat mempertahankan keadaan normal, karena adanya
gangguan fungsi fisikologi yang dapat disebabkan oleh organisme fatogen maupun faktor-faktor
lain.dengan demikian timbulnya serangan penyakit pada udang dapat disebabkan
oeh organisme lain, sisa pakan maupun keadaan lingkungan.
Pengendalian penyakit pada budidaya
udang masih mengandalkan anstiseftik, desinfektan, sampai antibiotik. Namun,
tingkat keberhasilannya sangat terbatas. Penggunaan antibiotik untuk pencegahan
penyakit justru meningkatkan mikroba dan memacu resistensi pada beragam
bakteri, sehingga untuk jumlah kasus penyakit pengendalian lebih sulit.
Berdasarkan kekawatiran ini perlu adanya sistem pengelolaan terhadap kesehatan
organisme yang dibudidayakan beserta lingkungannya yaitu penggunaan probiotik
atau kontrol biologis.
Penggunaan probiotik dalam budidaya
terbukti dapat meningkatkan resistensi organisme yang dibudidayakan (udang)
terhadap infeksi, karena itu pengguanaan probiotik merupakan merupakan salah
satu cara preventif yang dapat mengatasi penyakit. Probiotik adalah
mikroorganisme hidup sengaja dimasukkan kedalam tambak untuk memberikan efek
menguntungkan bagi kesehatan udang.
Melihat kenyataan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di Tambak Supra Intensif PT. Esaputlii
Prakarsa Utama Barru dengan
judul Tugas Akhir “Penggunaan
Probiotik pada Pembesaran Udang Vaname (L.
vannamei) di Tambak Supra
Intensif.
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan penulisan
tugas akhir dengan judul “Penggunaan
Probiotik pada Pembesaran Udang Vaname (L.
vannamei) di Tambak Supra
Intensif PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru”
untuk menambah pengetahuan dalam penggunaan
probiotik dan mengetahui reaksi probiotik pada pembesaran udang vaname.
Kegunaan yang dapat diperoleh adalah
untuk menambah wawasan tentang penggunaan
probiotik sehingga nantinya pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam rangka
membuka peluang usaha setelah menyelesaikan studi pada
Jurusan Budidaya Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Deskripsi
Udang Vaname
Udang vaname (L. vannamei) merupakan
salah satu jenis udang yang memilki pertumbuhan cepat dan tidak rentang terkena
penyakit, namun ukuran yang dicapai pada saat dewasa lebih kecil dibandingkan
udang windu (Penaeus monodon), habitat
aslinya adalah di perairan
Afrika, tetapi spesies ini hidup dan tumbuh dengan baik di indonesia. Dipilihnya udang vaname ini disebabkan beberapa
faktor yaitu; (1) sangat diminati pasar Afrika, (2) lebih tahan terhadap penyakit
dibanding udang lainnya, (3) pertumbuhan lebih
cepat dalam budidaya, (4)
mempunyai toleransi terhadap paramater lingkungan (Haliman dan Adijaya, 2005).
Udang vaname termasuk genus Penaeus,
namun yang membedakan dengan genus Penaeus lain adalah mempunyai sub genus litopenaeus yang dicirikan
oleh bentuk thelicum terbuka tapi
tidak ada tempat untuk menyimpan sperma.
Ada dua spesies yang termasuk sub genus litopenaues yakni L. vannamei
dan Litopenaeus stylirostris.
2.2
Klasifikasi
Udang Vaname
Menurut Wiban dan Sweeny, 1991 menyatakan bahwa klasifikasi udang
vaname adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Anthropoda
Class : Crutasea
Sub Class : Malacostraca
Series : Eumalacostraca
Superorder : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub Ordo :
Dendrobranchiata
Infra Ordo : Panaeidea
Super Family : Penaeioidea
Family : Penaeidea
Genus : Penaeus
Sub Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Udang vaname termasuk crustase dalam ordo decapoda dimana di dalamnya juga termasuk udang, lobster dan
kepiting. Dengan kata lain decapoda dicirikan mempunyai 10 kaki, carapace berkembang baik menutup seluruh
kepala. Udang vaname berbeda dengan decapoda lainnya.
2.3 Morfologi
Morfologi adalah bentuk atau bagian luar dari
organisme. Ciri – ciri
khusus udang ini berbeda dengan lainnya yaitu penampakan luar berwarna putih
transparan disertai warna agak kebiruan, (karena kromathopor dominan berwarna
biru) yang terpusat pada bagian ekor dan kaki renangnya (Haliman dan Adijaya, 2005).
Selanjutnya dikatakan, tubuh udang ini
terbentuk dalam 2 cabang (biromous) yaitu exopodite dan endopodite. Udang vaname (L. vannamei) memiliki tubuh yang bungkuk dan aktifitas
pergantian kulit (moulting) pada bagian tubuh sudah mengalami
modifikasi sehingga dapat digunakan berbagai keperluan aktivitas. Morfologi udang vaname dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Morfologi Udang Vaname (L. vannamei)
2.4
Penyebaran dan Habitat
Penyebaran dan habitat berbeda–beda tergantung
dari persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan
dalam daur hidupnya. Pada umumnya udang
vaname dapat ditemukan di perairan lautan Pasifik mulai dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Selatan
dimana temperatur
perairan tidak lebih dari 20 ºC sepanjang tahun.
Udang
vaname bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut, Adapun habitat yang
disukai oleh udang adalah dasar laut lumer (soft)
yang biasanya campuran lumpur dan pasir.
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sesuai bagi udang sebagai tempat
perlindungan dan mencari makan (Trycahyo, 1995 dalam Naharuddin, 2008).
2.5 Siklus
Hidup
Udang
vaname bersifat noctural, yaitu
melakukan aktifitas pada malam hari.
Proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat loncatan tersebut, betina
mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat bersamaan,
udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung sekitar 1 menit
(Haliman dan Adijaya, 2005).
Selanjutnya dikatakan, sepasang udang vaname dapat menghasilkan
100.000-250.000 butir telur yang menghasilkan telur yang berukuran 0,22 mm Siklus hidup udang vaname meliputi stadia nauplius, stadia zoea, stadia mysis, dan
stadia postlarva.
2.6 Tingkah Laku
dan Kebiasaan Makan
Menurut (Haliman dan Adijaya, 2005), udang
merupakan golongan hewan omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang
kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polyhaeta, larva kerang, dan lumut. Udang vaname mencari dan mengidentifikasi
pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor
yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae)
yang terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena, dan
maxilliped. Untuk mendekati sumber
pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung dicapit
menggunakan kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut. Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk
ke dalam kerongkongan dan osephagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran
lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped
didalam mulut.
2.7 Komposisi dalam Penggunaan Probiotik
Ø Vitamin
Vitamin secara umum dikenal sebagai senyawa organik
yang diperlukan dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk
perbaikan, pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan udang.
Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan udang
antara lain; vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin
B12 dan vitamin C (Khairul dan Iskandar, 2008).
Ø Dedak
Bahan dedak ada 2, yaitu dedak halus
(katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat
dari proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein = 11,35%, Lemak = 12,15%, Karbohidrat = 28,62%,
Abu = 10,5%, Serat
kasar = 24,46%, Ai r= 10,15%, Nilai ubah =
8 dan dedak halus ini menyediakan karbodidrat bagi bakteri untuk tumbuh.
Ø Molases
Molases adalah salah satu hasil
samping pabrik gula yang memiliki kandungan sukrosa sekitar 30 % disamping gula
reduksi sekitar 25 % berupa glukosa dan fruktosa (Hadi,
2000). Molases merupakan sirup terakhir dari nira yang telah
mengalami pengolahan di pabrik gula dan telah dipisahkan gulanya melalui
kristalisasi berulang sehingga sudah tidak mungkin lagi menghasilkan kristal
gula dengan cara kristalisasi konvensional. Molases biasanya
dimanfaatkan sebagai bahan kultur bateri bacilus
sp selain itu juga sebagai bahan
baku proses fermentasi dan isolasi bahan-bahan non-gula. Sukrosa dalam tetes
tebu tidak dapat lagi dikristalisasi secara konvensional karena adanya pengotor
dan viskositas tetes tebu yang sangat tinggi. Molasses dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam produk antara lain
penyedap rasa, alkohol, pakan ternak dan lain-lain.
Molases juga dapat digunakan
sebagai media fermentasi dalam pembuatan biosurfaktan dan dapat digunakan pada
saat meakukan pencampuran pakan sebelum ditebar i tambak yang merupakan makanan
bagi bakteri bacillus sp yang ada
ditambak. Penggunaan molases sebagai substrat dalam pembuatan
biosurfaktan telah banyak diteliti. Menggunakan tetes tebu (molasses) sebagai
sumber karbon menghasilkan biosurfaktan jenis rhamnolipid. juga telah berhasil
menggunakan molasses untuk memproduksi biosurfaktan dan menunjukkan
bahwa produksi biosurfaktan bertambah dengan meningkatnya konsentrasimolasses. (Nitschke,
et al, 2004) telah berhasil memanfaatkan limbah cair tapioka
(manipueira), whey susu, dan tetes tebu (molasses) sebagai substrat
oleh B. Subtilis menghasilkan surfaktan yang mempunyai sifat lipopeptida,
jenis surfaktin.
2.8 Cara
Penggunaan Probiotik
Probiotik adalah penggunaan mikroba hidup yang
menguntungkan saluran pencernaan hewan untuk meningkatkan kesehatan inangnya.
Jadi lebih difokuskan pada hewan/inangnya. Sejalan dengan kemajuan tehnologi,
probiotik juga dimanfaatkan dalam akuakultur. Probiotik adalah penggunaan
bakteri atau mikroba menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan ekosistem
tambak, kesehatan udang maupun meningkatkan sistem imun dari inang (udang) dan
mengendalikan/menghambat mikroba patogen.
Menurut (Poernomo, A, 2004) probiotik
adalah mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendukung pertumbuhan dan
produktifitas udang. Penerapan probiotik pada udang selain berfungsi untuk
meyeimbangkan mikroorganisme dalam pencernaan agar tingkat serapannya tinggi,
probiotik juga bermanfaat menguraikan senyawa-senyawa sisa metabolisme dalam
air . Sehingga probiotik dapat berfungsi sebagai bioremediasi, biokontrol,
imunostimulan serta memacu pertumbuhan.
Probiotik adalah mikroba yang
merupakan bahan tambahan di perairan (Moriarty, 1998). Umumnya bakteri
probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan atau bakteri heterotrofik.
Bakteri heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi oksigen untuk
menghasilkan karbodioksida dan amoniak pada saat proses oksidasi. Sedangkan
bakteri autrofik nitrtiying mengkonsumsi oksigen dan karbondioksida pada saat
oksidasi amoniak dengan produk akhirnya nitrat.
Penggunaan probiotik (kultur tunggal
atau multikultur), antara lain meningkatkan kualitas air dan dasar tambak,
meningkatkan kesehatan udang dan sebagai agent hayati (biological control
agents) untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tambak. Probiotik adalah
mikroorganisme hidup non phatogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan
laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan kesehatan hewan. Selain itu
dijelaskan bahwa probiotik adalah feed additive berupa mikroba hidup
menguntungkan yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan
mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat berupa satu atau
beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur campuran).
Cara penggunaan probiotik adalah ;
apabila diberikan di kolom air yang aerobik sebaiknya diencerkan dulu dengan
air tambak, kemudian ditebar merata (untuk perbaikan kualitas air). Sedangkan
apabila diberikan di dasar tambak, penggunaannya dicampur dengan subtrat
pembawanya misal dengan zeolit, caranya tuang zeolit ke dalam bak plastik
campur dengan probiotik, aduk hingga merata dan tebarkan campuran tersebut di
tambak terutama dibagian yang banyak endapan lumpur. Probiotik dapat juga
digunakan dengan dicampur dengan pakan buatan, keringkan sebentar lalu
menebarkan pakan tersebut.
2.9 Pengaruh
Pemberian Probiotik
Pengaruh
penggunaan probiotik adalah untuk aplikasi probiotik rutin dengan sistem
sedikit ganti air mempunyai pH cenderung tinggi, NH3 dan H2S relatif rendah,
kecerahan lebih pekat, suhu, salinitas, warna air, DO, pH, memenuhi kebutuhan
hewan yang dibudidayakan. Penggunaan probiotik pada usaha budidaya ikan dan
udang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia dan antibiotik, berpengaruh nyata
terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan, FCR dan produksi ikan serta udang.
Menurut (Simarmata, 2006) mekanisme
penggunaan probiotik dalam meningkatkan kualitas air, kesehatan udang dan
pengendalian secara biologis dapat diringkas sebagai berikut :
Ø
Menguraikan
senyawa toksis (detoksifikasi) dalam ekosistem tambak, terutama NH3 , NO2- dan
H2S dan menguraikan timbunan bahan organik dan detritus pada dasar tambak.
Ø
Antagonisme
yaitu mikroba tersebut menghasilkan suatu senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan patogen.
Ø
Kompetisi
yaitu mikroba probiotik berkompetisi dengan mikroba patogen dalam memanfaatkan
faktor tumbuh.
Ø
Immunostimulan
yaitu mikroba probiotik meningkatkan sistem imun dari inang atau organisme
menguntungkan dalam ekosistem tambak.
Ø
Meningkatkan
status nutrisi yaitu mikroba probiotik meningkatkan ketersediaan hara dan
penguraian hara pada inang.
Beberapa penelitian tentang penggunaan
probiotik dalam budidaya udang antara lain; hasil penelitian Widanarni
bertujuan mencari bakteri pembunuh yang alami. Ia menemukan adanya kompetisi
antara Vibrio harveyi dengan bakteri probiotik. Kondisi ini terjadi saat Vibrio
harveyi hendak melekatkan diri ke tubuh udang. Bakteri probiotik tersebut
menurut Widanarti bisa diperoleh dengan cara menapisnya (screning) dari bakteri
Vibrio juga, yang jenisnya adalah probiotik SKT-b kepanjangan dari Skeletonema.
Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa kelangsungan hidup larva udang windu
dengan penambahan probiotik SKT-b menjadi lebih besar (93%) dibandingkan tanpa
SKT-b (68%). Penambahan probiotik SKT-b ternyata berhasil mengurangi populasi
Vibrio harveyi di saluran pencernaan larva udang (Widanarti, 2005).
Sementara
itu (Murtiati dkk, 2006) melakukan penelitian tentang penggunaan probiotik pada
udang galah menjelaskan bahwa kolam perlakuan dengan biokatalisator ikan
bandeng dan probiotik EM4 (B) maupun MBPI (C) memberikan pengaruh yang baik
pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu pada kolam perlakuan ikan
bandeng dan EM4 konsentrasi tertinggi mencapai 8,24 mg/l dan pada kolam
perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l. Pada penelitian yang sama
diketahui juga bahwa dengan penggunaan probiotik dapat menurunkan konsentrasi
kandungan ammonia dan nitrit pada dasar tambak.
Lingkungan
yang bersih bebas dari timbunan sisa-sisa penguraian bahan organik (Ammonia,
nitrit dan asam sulfida) serta kaya akan oksigen akan sangat membantu
pertumbuhan udang dan menjaga kesehatan udang selama pemeliharaan. Tehnik
aplikasi penggunaan probiotik dalam budidaya udang biasanya dilakukan pada saat
persiapan lahan. Setelah pemberian probiotik pada saat persiapan lahan maka
probiotik dapat kembali diberikan setelah benur
ditebarkan, dan sebaiknya diberikan secara rutin.
2.10 Penggunaan Probiotik pada Parameter Kualitas Air
Menurut (Murtiati et al, 2006) melaporkan
bahwa penggunaan probiotik memberikan pegaruh yang cukup baik dibandingkan
dengan kontrol (tanpa probiotik) terhadap kondisi kaulitas air serta mampu
mendukung pertumbuhan udang vaname. Hal yang sama juga diperoleh pada
penelitian (Badjoeri dan Widianto, 2008) bahwa penelitian bakteri nitrifikasi
denitrifikasi berpengeruh positif terhadap perbaikan kondisi kuaitas air
ditambak, pertumbuhan, dan produksi udang vaname. Konsentrasi kualitas air yang
tidak stabil akan berpengaruh besar bagi udang vaname. Oleh karena melihat
kenyataan ini maka dengan adanya penggunaan probiotik membantu petambak dalam
memperbaiki kualias airnya.
2.11
Peranan
Probiotik dalam Budidaya
Peranan bakteri probiotik sebagai
kontrol biologis pada sistem budi daya adalah (1). Menekan pertumbuhan bakteri
patogen (2.) Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah (3). Meningkatkan
ketersediaan nutrisi esensial (4). Meningkatkan aktivitas mikroorganisme
indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan
bakteri pelarut pospat. (5). Memfiksasi nitrogen (6.) Mengurangi pupuk dan
pestisida.
Bahan organik ini dapat digunakan
secara langsung oleh fitoplankon dalam air untuk kelangsungan hidupnya.
Fitoplankton makanan bagi zooplankton, sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini
menyebabkan perairan tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan pakan alami
bagi sebagian besar larva ikan, termasuk larva. Dengan demikian maka
ketersediaan pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.
Pemberian probiotik melalui lingkungan
(air dan dasar tambak) bertujuan Memperbaiki serta mempertahankan kualitas air
dan dasar tambak, mengoksidasi senyawa organic sisa pakan, kotoran udang,
plankton dan organisme mati, menurunkan senyawa metabolit beracun (ammonia,
nitirt , H2S), mempercepat pembentukan dan kestabilan plankton, menurunkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan, penyedia pakan alami dalam bentuk flok
bakteri dan menumbuhkan bakteri pengurai. Sedangkan pemberian bakteri melalui
pakan bertujuan : Menyeimbangkan fungsi usus sehingga mampu menekan bakteri
yang merugikan, menghasilkan enzim yang membantu sistem pencernaaan makanan,
mengandung protin yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dan udang yang memekannya,
dan meningkatkan kekebalan tubuh udang dan ikan.
Probiotik dapat dibagi 2 kelompok
yaitu ; bentuk cair merupakan mikroba dalam bentuk suspensi (inokulan tunggal
maupun multikultur) antara lain Lactobacillus, Bacillus sp, Nitrobacteria dan
bentuk padat yaitu mikroba diinokulasi (tunggal atau multikultur) dalam media
carier. (Simarmata, 2006).
Hubungan Kondisi Di Tambak dengan Jenis Bakteri Probiotik:
Hubungan Kondisi Di Tambak dengan Jenis Bakteri Probiotik:
Ø Bagian
Atas air dalam kondisi aerob kelompok bakteri aerob
Ø Bagian
Dasar Tambak Air umumnya kekurangan Oksigen (Anaerob) kelompok bakteri
anaerob
Ø bakteri
pengendali pertumbuhan plankton.
III METODOLOGI
3.1. Waktu
dan Tempat
Tugas akhir ini disusun berdasarkan
hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik
Mahasiswa
(PKPM) yang dilaksanakan selama bulan
Februari
sampai Mei 2015 di Tambak Supra Intensif
PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penyusunan tugas akhir
ini
adalah sebagai berikut :
3.2.1
Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara
mengamati, menghitung, atau mengukur secara langsung pada saat mengikuti
seluruh rangkaian kegiatan aplikasi probiotik dan
wawancara langsung dengan pembimbing lapangan.
3.2.2
Data
Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara
penelusuran literatur dan pustaka yang relevan dengan judul Tugas Akhir sebagai penunjang dari data
primer.
3.3 Analisa
Data
Ø
ADG (Average Daily
Gain) adalah Pertambahan berat harian dengan rumus ADG (g/hari) : MBW (g)2-MBW
(g)1
DOC
Ø Biomassa adalah Jumlah
total berat udang yang ada di tambak (kg) dengan rumus Biomassa (kg): pupulasi
(ekor) x MBW (g)
1000
Ø ABW (Average Body
Weight) ABW adalah Berat rata rata udang/ekor dengan rumus ABW (g): biomassa
(kg)
Populasi (ekor)
Ø FCR
(Feed Convertion Ratio) adalah Perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan
dengan berat udang yang dihasilkan dengan rumus
Biomassa udang (kg).
Ø Size :1000
MBW
Ø SR (Survival Rate)
adalah Tingkat kelangsungan hidup udang dengan rumus SR : Jumlah udang yang
hidup (kg) x 100%
Jumlah tebar
3.4 Alat
dan Bahan
3.4.1
Alat
Dalam kegiatan
pembesaran udang vaname di PT. Esaputlli Prakarsa Utama Barru secara supra
intensif ini perlu ditunjan dengan peralatan yang relevan yang akan digunakan untuk budidaya agar
membantu berjalanya suatu kegiatan pembesaran udaang vaname. Alat merupakan sesuatu yang
digunakan dari kegiatan persiapan lahan sampai pada kegiatan
akhir budiaya udang (panen).
Peralatan yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan selama pemeliharaan udang vaname
pada tambak intensif PT. Esaputli Prakarsa Utama
Barru.
|
4.2.2
Bahan
Bahan adalah sesuatu yang digunakan yang habis pakai. Adapun
bahan yang digunakan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan
yang digunakan
selama pemeliharaan udang vaname pada tambak Intensif
PT. Esaputlii prakarsa utama barru
|
3.3
Prosedur Kerja
Prosedur kerja penebaran probiotik bacillus sp pada pada pembesaran udang
vaname di tambak supra intensif adalah sebagai berikut :
Ø Alat
dan bahan yang akan digunakan disiapkan
Ø Drum
di isi dengan air
Ø Molases
dimasukkan kedalam teco kemudian dimasukkan agi kedalam drum
Ø Timbang
aquazym lalu dimasukkan kedalam drum,
Ø Kemudian
timbang susu bubuk lalu masukkan kedalam drum
Ø Aduk
secara merata
Ø Aerasi
dimasukkan dalam drum
Ø Ketika
air hampir penuh, kemudian ditutup dengan karung bekas dan di ikat dengan
karet.
Ø Setelah
kultur dilakukan selama 24 jam, penebaran dilakukan dalam wadah budibaya.
Prosedur kerja penebaran probiotik lactobacillus sp pada pada pembesaran
udang vaname di tambak supra intensif adalah sebagai berikut :
Ø Alat
dan bahan yang akan digunakan disiapkan
Ø Drum
di isi dengan air
Ø Molases
dimasukkan kedalam teco kemudian dimasukkan agi kedalam drum.
Ø Timbang
power lac lalu dimasukkan kedalam drum, kemudian timbang sodium lalu masukkan kedalam drum plastik
Ø Lalu
diaduk secara merata, aerasi dimasukkan dalam drum
Ø Ketika
air hampir penuh, kemudian ditutup dengan karung bekas dan di ikat dengan karet.
Ø Setelah
kultur dilakukan selama 24 jam, penebaran dilakukan dalam wadah budibaya
Prosedur kerja penebaran probiotik (fermentasi) sp pada pada pembesaran udang vaname di
tambak supra intensif adalah sebagai berikut :
Ø Alat
dan bahan yang akan digunakan disiapkan
Ø Air
dari wadah tambak di timbah, kemudian dimasukkan kedalam drum
Ø Dedak
dimasukkan kedalam drum, kemudian ditambahkan molases
Ø Setelah
itu ditambahkan lagi fermipan, kemudian aduk secara merata
Ø Drum
yang sudah aduk ditutu dengan karung bekas kemudian di ikat dengan karet ban
Ø Setelah
24 jam dikultur fermentasi ditebar kewadah budidaya udang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pertumbuhan
Populasi Bakteri
Hasil
pengamatan pertumbuhan bakteri menguntungkan dan bakteri vibrio sp yang diperoleh selama budidaya pembesaran udang vaname
secara supra intensif pada tambak beton dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Pertumbuhan populasi bakteri menguntungkan
dan bakteri vibrio sp
Umur Udang
|
Bakteri Menguntungkan (cfu/ml)
|
Bakteri Vibrio Sp
(cfu/ml)
|
Perisiapan
|
4000
|
510000
|
Persiapan
|
260000
|
9700
|
4 hari
|
220000
|
2200
|
11 hari
|
410000
|
23000
|
18 hari
|
650000
|
10
|
25 hari
|
130000
|
310
|
32 hari
|
17000
|
260
|
39 hari
|
17000
|
10
|
46 hari
|
7000
|
310
|
53 hari
|
95000
|
950
|
60 hari
|
8000
|
240
|
67 hari
|
120000
|
2300
|
74 hari
|
36000
|
1500
|
81 hari
|
150000
|
3700
|
88 hari
|
110000
|
2600
|
95 hari
|
94000
|
3800
|
102 hari
|
6000
|
3000
|
Sumber
: PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru
Kepadatan populasi bakteri vibrio sp terhadap udang vaname ditamabak
supra intensif adalah 10-510.000 cfu/ml. Pada awal persiapan, kepadatan popuasi
vibri sp tinggi di sebakan awal
pemeliharaan penebaran probiotik masih kurang unuk menekan pertumbuhan vibrio sp (tabel 3). Kisaran kepadatan vibrio sp yang optimal bagi budidaya
udang adalah 101 cfu/ml (Sumarwan, 2009). Keberadaan bakteri vibrio sp harus dikontrol karena organisme ini
patogen yang meyebabkan penyakit vibriosis pada udang, untuk menekan bakteri vibrio pada budidaya maka dilakukan penebaran
probiotik setiap hari. Pertumbuhan bakteri menguntungkan selama pemeliharaan dengan kepadatan
4000-410.000 cfu/ml. Hal ini menunjukkan kondisi normal suatu budidaya udang
terhadap penekanan bakteri vibrio sp
keberadaan bakteri non patogen seperti bacillus
sp sangat berperan penting dalam mempercepat proses penguraian bahan
organik dalam tambak dan membantu menyediakan pembentukan nutrien bagi plakton
serta mampu menjaga kualitas air lingkugan tambak dan kandungan bakteri bacillus sp yang baik bagi udang adalah 109 cfu/ml (Sumarwan, 2009).
4.2
Pengaruh
Pemberian Probiotik Terhadap Produktivitas
Produksi udang
vaname yang diperoleh selama budidaya pembesaran udang vaname secara supra
intensif pada tambak beton dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Produksi Udang Vaname pada Tambak Budidaya
Luas
(m2)
|
Jmlh
tebar (ekor)
|
Total panen
|
Bobot
(g)
|
Size
(ekor/kg)
|
SR
(%)
|
Biomassa
(kg)
|
Jmlh
pakan(kg)
|
FCR
|
||||
2.300
|
800.000
|
16,843
|
15,07
|
66,357
|
86
|
12,056
|
24,522
|
1,45
|
||||
Sumber
: PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru
Produktivitas tambak yang diperoleh
menunjukkan bahwa SR sebesar 86 % dengan FCR 1, 45. konversi pakan atau
food convertion ratio (FCR) udang vaname sebesar 1,3-1,4 (Supono, 2008).
Kandungan protein untuk udang vaname relatif lebih mudah dibandingkan udang
windu. Udang vaname membutuhkan pakan
dengan kadar protein 20-35%, dengan menggunakan pakan berkadar protein rendah
maka biaya untuk pembelian pakan lebih kecil sehingga dapat menekan biaya
produksi.
Sebagaimana yang diketahui pakan yang
digunakan dalam budidaya udang memiliki kandungan protein tinggi. Pakan yang
diberikan tidak seluruhnya mampu diasimilasi oleh tubuh udang. Hanya sebagian
saja yang mampu diasimilasi kedalam tubuh sedangkan sisanya terbuang keperairan
dalam bentuk sisa pakan dan buangan metabolisme. Sisa pakan dan buangan
metabolisme itu menjadi suatu masalah pada tambak udang karena unsur protein
yang terlarut akan segera membentuk amoniak yang berbahaya bagi organisme yang
dibudidayakan khususnya udang vaname sehingga aplikasi probiotik rutin
dilakukan untuk menguraikan sisa-sisa pakan yang tidak termakan oleh udang .
Salah satu jenis probiotik yang
digunakan dalam budidaya pembesaran udang vaname di tambak supra intensif
adalah jenis bacillus sp. Bakteri ini
adalah salah satu bakteri yang mampu membentuk bioflok. Bacillus sp memiliki banyak manfaat terutama dalam menghasilkan
berbagai enzim, seperti enzim amilase dan enzim protease, termasuk subtilisin.
Berkembangnya bakteri bacillus sp
disertai dengan berkembangnya bakteri nitrifikasi sehingga mampu mengurangi
amoniak (NH3) yang ada didalam tambak. Bakteri nitrifikasi berperan
mengubah amoniak menjadi nitrit sehingga mampu mengatasi akumulasi bahan
organik dan amoiak dalam air.
Penyedian pakan alami dalam bentuk
flok bakteri dan menumbuhkan bakteri pengurai. Sedangkan pemberian bakteri bacillus sp bertujuan meyeimbangkan
fungsi khusus sehingga mampu menyeimbangkan bakteri yang merugikan menghasilkan
enzim untuk membantu pencernaan makanan, mengandung protein yang dapat
dimanfaatkan oleh udang dan memakannya. Dan meningkatkan kekebalan tubuh udang.
Melalui cara ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas air serta penggunaan
pakan dengan baik dan pergantian air pada tambak.
4.3
Pengaruh
Pemberian Probiotik Terhadap Parameter Kualitas Air
Hasil analisa
parameter kualitas air (kimia) yang diperoleh selama budidaya udang vaname
secara supra intensif pada tambak beton dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisa Parameter Kualitas
Air (Kimia)
Parameter Kimia
|
Nilai Parameter (ppm)
|
Nilai Optimal (ppm)
|
Bahan Organik
|
67,300-294,070
|
55-100 (Adiwijaya, 2003)
|
Nitrit (NO2)
|
0,001-5,100
|
<9-0,3 (Sulistinarto, 2008)
|
Nitrat (NO3)
|
0,024-7,850
|
0,05-1,0 (Boyd, 2002)
|
Amoniak (NH3)
|
0,0000,-0,151
|
0,05-0,1 (Adiwijaya, 2003)
|
Sumber : PT.
Esaputlii Prakarsa Utama Barru.
4.3.1 Bahan Organik
Kandungan bahan
organik yang diperoleh selama budidaya udang vaname ditambak supra intensif
menunjukkan kisaran 67,300-294,070 ppm yang dapat dilihat pada tabel 5.
Kandungan bahan organik yang baik bagi udang adalah 55-100 ppm (Adiwijaya,
2003). Apabila bahan organik tinggi maka dapat menjadi senyawa yang bersifat
racun bagi udang. Hal ini dapat disebabkan karena adanya sisa pakan yang tidak
dikonsumsi, feses udang, kematian plankton, tanaman air dan bahan organik yang
masuk pada saat penambahan air. Untuk mengantisifasi bahan organik terlalu
tinggi pada budidaya udang vaname dilakukan penebaran probiotik secara berkala
2 hari sekali. Dengan adanya probiotik maka proses degradasi bahan organik pada
dasar tambak lancar sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi
pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami mineralisasi oleh jasa
pengurai (probiotik) akan di ubah menjadi anorganik seperti nitrat dan fosfat.
Bahan anorganik ini dapat digunakan secara langsung oleh fitoplankton dalam air
untuk kelangsungan hidupnya.
4.3.2 Nitrit (NO2)
Kandungan nitrit
dalam budidaya pembesaran udang vaname dalam tambak supra intensif menunjukkan
nilai 0,001-5,100 ppm
dan dapat dilihat pada tabel 5. Kandungan nitrit yang optiml bagi udang <0,3
ppm, agar tidak membahayakan bagi budidaya udang. Percepatan pross perombakan
nitrit menjadi nitrat yang tidak berbahaya udang dapat dilakukan dengan cara
menambahkan secara langsung probiotik lactobacillus
sp. Dapat pula dengan peningkatan kadar oksigen dalam air dengan cara
mengoptimalkan pengoprasian gincir. Kandungan nitrit pada budidaya udang tidak
normal dan mempengaruhi tingkat kelangsungan udang yang dibudidayakan. Hal ini
terlihat dari hasil produksi udang sebesar 16,843 dan dapat dilihat dari panen.
4.3.3 Nitrat (NO3)
Kandungan nitrat
dalam budidaya pembesaran udang vaname dalam tambak supra intensif menunjukkan
nilai 0,024-7,850 ppm
dan dapat dilihat pada tabel 5. Hal ini dipengaruhi kandungan nitrit yang
terlalu tinggi selama proses budidaya, sejalan dengan kondisi perairan dengan
air media budidaya selam pemeliharaan. Kandungan nitrat dalam budidaya yang
optimal 0,25-1,0 ppm (Boyd, 2002). Kelebihan nitrat dapat berpengaruh bagi
pertumbuhan fitoplankton menjadi tidak stabil dan didominasi oleh makro alga
(ganggang dan lumut) sehingga menganggu proses budidaya.
4.4.4 Amoniak (NH3)
Amoniak (NH3)
merupakan produk akhir utama dalam peecahan protein pada budidaya udang
organisme akuatik lainnya. Udang mencerna protein pakan dan mengekskresikan amoniak melalui
feses. Jumlah amoniak diekskresikan oleh udang bevariasi, tergantung jumlah
pakan yang ditebar dalam tambak akibat dekomposisi bahan organik seperti
dekomposisi pakan dan bahan lainnya. Kandungan amoniak dalam air pada budidaya
udang vaname ditambak supra intensif 0,0000,-0,151 ppm (tabel 5). Hal ini
menunjukkan kandungan amoniak selama pemeliharaan normal, sesuai pendapat
(Adiwijaya, 2003) bahwa konsntrasi amoniak ditambak ang masih normal adalah
0,05-0,1 ppm. Senyawa ini sangat beracun bagi organisme perairan walaupun dalam
konsentrasi rendah ditekan dengan cara pengendalian pH yang optimal dan
disuplai oksigen yang cukup seta pengendalian parameter lainnya. Pengololan air
dan pemberian probiotik secara rutin dapat menekan laju peningkatan amoniak
dalam air.
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di
tambak Supra Intensif PT.
Esaputlii Prakara Utama Barru maka
disimpulkan bahwa:
1) Penggunaan probiotik meliputi komposisi dalam penggunaan probiotik,
cara penggunaan probiotik, pengaruh pemberian
probiotik, penggunaan probiotik
pada parameter kualitas air dan peranan probiotik dalam budidaya.
2) Pertumbuhan
bakteri menguntungkan selama
pemeliharaan dengan kepadatan 4000-410.000 cfu/ml dengan kepadatan populasi
bakteri vibrio sp terhadap udang
vaname ditamabak supra intensif adalah 10-510.000 cfu/ml.
3) Produktivitas tambak yang diperoleh
menunjukkan bahwa SR sebesar 86 % dengan FCR 1, 45 dengan melalukan
pengamatan Parameter Kualitas Air (Kimia).
5.2 Saran
Melihat penerapan tehnologi probiotik
yang sederhana maka disarankan untuk dapat diterapkan oleh para pembudidaya
udang sebagai usaha pencegahan secara biologis terhadap serangan penyakit. Saat
ini probiotik dalam usaha budidaya telah tersedia secara komersial, tetapi
informasi yang secara ilmiah dianggap memadai belum tersedia. Kondisi inilah
menyebabkan kesenjangan antara pelaksanaan di lapangan dengan landasan ilmiah
yang mendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya,
2003. Budidaya udang vaname (litopenaeus
vannamei ). Sistem Tertutup Yang Rama Lingkungan. Depertemen Kelautan dan
Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara, 29 hlm
Boyd, C. E. dan B.W. Green. 2002. Coastal Water Quality
Monitoring in Shrimp Farming Areas, An Example from Honduras. World Bank, NACA,
WWF and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environment. 29 h.Briggs,
M., S. Funge-Smith, R. Subasinghe and M. Philips, 2004. Introductions and movement
of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the
Pacific. FAO Regional Office for Asia and the Pacific. Bangkok.
Supono, 2008. Produktivitas Udang Vaname, Kelautan dan
Perikanan. Bandung
Badjoeri,
M. dan Widiyanto, T, 2008. Pengaruh pemberian konsersium bakteri terhadap
kondisi kualitas air ditambak dan pertumbuhan udang vaname
Hadi,
2000. Pembuatan Molases dengan Sistem Terbaru untuk Budidaya Udang Vaname,
Jevara.
Haliman, Mo, S.B, 2003.
Mutu induk dan Benih Udang Litopenaeus vannamae Yang Baik. Balai Besar Riset
Perikanan. Budidaya Laut, Gondol-Bali.
Haliman dan Adijaya, 2005). Udang Vaname. Pembudidayaan dan
Prosfek Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta, 75 hlm.
Kordi.K dan Ghufron., 2010. Pakan Udang.
Akademia, Jakarta.
Moriarty,
1998. Microbial Biosystem ; New Frontiers’ In: Bell C. R (Editor). Proceeding
Of The 8 Th Internasional Symposium On Microbial Ecologi. Canada.
Murtiati
dkk, 2006. Aplikasi Probiotik pada
Pembesaran Udang . Jurnal Budiday Sukabumi,
3 (1): 1-7.
Nitschke,
et al. 2004. Pemanfaatan Probiotik Yang Ramah Lingkungan. Jurnal Budidaya, Jakarta
Poernomo, A.
1988. Pembuatan Tambak Udang di
Indonesia, Departemen Pertanian, Balit. Perikanan Budidaya
Pantai, Maros. 40
hal.
Purnomo ,A. 2003
. Seminar Evaluasi Perkembangan udang Vannamei. BBAP
Situbondo.
Poernomo,
A, 2004. Technology of Probiotics to solve the problem in shrimp pond culture
and the culture environment. Paper presented in the National Symposium on
Develeopment Scienticfic and Technology Innovation Aquaculture, January 27 –
29, 2005. Patrajas Hotel, Semarang.
Diakses:
13/07.2015
Simarmata, Tualar, 2006.
Revitalisasi Ekosistem Tambak Dengan Pemanfaatan Tehnologi Bioremediasi dan
Probiotik, Makalah Pada Seminar Tehnologi Bioremediasi dan Probiotik,
Banyuwangi.
Sulistinarto, 2008. Pengelolaan
Kualitas Air, julnal Budidaya. Jawa
Tengah.
Naharuddin., 2008. Teknik Pembuatan Pakan dan Budidaya Pakan
Alami. Universitas Islam Indragiri, Jawa Tengah.
Widanarti,
2005. Penapisan Bakteri Probiotik untuk Biokontrol Vibriosis pada Larva Udang
Windu: Konstruksi Penanda Molekuler dan Esei Pelekatan,
Diakses:
13/07.2015
Wiban dan Sweeny, 1991. Budidaya Udang Vanmae
(Litopenaeus vannamei) Teknologi Ekstensif Plus. Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah. 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar