Jumat, 20 November 2015

TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR
(Cherax quadricarinatus)

LAPORAN PRAKTIK


Oleh:

     IRNAWATI
    12 22 060







                JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
PANGKEP
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi besar sebagai wilayah pengembangan lobster air tawar karena memiliki dua musim. Sayangnya, hal ini tidak dibarengi dengan tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal dalam membudidayakan lobster air tawar. Kondisi ini menyebabkan lobster air tawar masih sulit diperoleh di pasaran dan harganya juga menjadi kurang terjangkau masyarakat luas. Lobster air tawar tergolong udang yang mudah dibudidayakan.
Selama ini lobster air tawar masih dibudidayakan dengan lahan dan modal besar. Padahal, usaha budi daya lobster air tawar juga bisa dikembangkan dalam skala usaha kecil, dengan hanya memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumah tinggal. Peminat lobster air tawar semakin banyak. Maklum, bisnis udang bercapit besar ini memang menggiurkan. Harga benih dan produk siap santapnya sama-sama selangit. Tak heran, jika orang pun berbondong-bondong membudidayakannya. Ada dua kunci penting dalam budi daya lobster air tawar, yakni aspek pembenihan dan pembesaran. Jika kedua aspek tersebut dikuasai dengan benar, keuntungan besar pasti bakal bisa kita raup.  Usaha perikanan tidak hanya menyakup masalah pada usaha budidaya ikan, selain itu juga usaha dalam bidang lobster merupakan suatu usaha yang cukup menjanjikan bagi dalam dunia industry. Jika  dibandingkan  dengan  udang air tawar lainnya  seperti udang galah dan  udang windu, , lobster air tawar lebih mudah dibudidayakan. Ini dapat kita lihat dari teknik budidaya yang diterapkan cukup sederhana, sehingga dapat diterapkan oleh siapa saja yang tertarik untuk melakukannya. Lobster air tawar dapat dibudidayakan di akuarium maupun kolam dan tidak dibutuhkan lahan yang begitu luas.
Sementara proses pembudidayaan udang windu dan pembudidayaan udang galah memerlukan tekhnik khusus dan lahan yang luas. Kelebihan lain yang dimiliki oleh lobster air tawar ini antara lain tidak mudah stress dan tidak mudah  terserang  penyakit.  Hal  ini  jika  didukung  oleh  kebutuhan  pakan,  kualit s  air,  dan kebutuhan oksigen dengan baik diikuti dengan pertumbuhan yang cepat. Selain dari sisi budidaya yang cukup sederhana, berkembangnya usaha dibidang lobster air tawar ini tidak lepas dari tingginya peminatan pasar terutama pasar ekspor. Sebagai salah satu jenis udang konsumsi, juga dapat digunakan sebagai udang hias.

1.2  Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada pelaksanaan praktikum ini adalah Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kegiatan  pembenihan lobster air tawar dan menghasilkan benih.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Taksonomi dan Morfologi
Klasifikasi Cherax menurut Holthuis ( 1950 ) dalam Patasik Samuel adalah sebagai berikut:
Filum                           : Arthropoda
Kelas                           : Crustacea
Sub kelas                     : Malacostraca
Ordo                            : Decapoda
Famili                          : Parastacidae
Genus                          : Cherax
Spesies                        : Cherax quadricarinatus

Tubuh lobster air tawar ini terdiri dari bagian kepala yang disebut chepalothorax dan badan atau perut yang disebut abdomen.  Seluruh tubuhnya diliputi cangkang keras yang terbuat dari zat tanduk.  Cangkang lobster akan mengelupas dan diganti dengan yang baru seiring dengan pertumbuhan tubuhnya.  Cangkang yang menutupi bagian kepala disebut karapas ( carapace ).  Karapas berperan untuk melindungi organ seperti otak, insang, hati, dan lambung.





Gambar 1. Morfologi lobster
2.2.Keunggulan
Peluang terciptanya lobster air tawar sebagai komoditas perikanan semakin terbuka seiring dengan semakin populernya di kalangan pembudidaya dan konsumen. Apalagi lobster air tawar ini mempunyai keunggulan-keunggulan bila di banding dengan komoditas perikanan lainnya yang sudah berjalan.
Adapun keunggulan lobster air tawar antara lain:
ü  Dibanding lobster air laut, lobster air tawar dapat dibudidayakan, sementara lobster air laut masihmengandalkan dari hasil tangkapan alam
ü  Pertumbuhan lobster air tawar relatif lebih cepat dan dapat mencapai ukuran yang layak di konsumsi
ü  Kandungan lemak lobster air tawar sangat rendah, yaitu kurang dari 20%. Selain itu, lobster air tawar juga mwngandung selenium yang merupakan antioksidan untuk menghindari penyakit jantung; sumber yodium, zink, asam lemak omega 3, magnesium, kalsium dan fosfor.
ü  Tekstur daging lobster air tawar halus dengan cita rasa yang lezat
ü  Harga lobster air tawar umunya lebih tiggi di banding dengan produk perikanan air tawar lainnya. Saat ini (awal tahun2007), harga lobster air tawar ukuran 100 gram di tingkat petani mencapai Rp 125.000/kg. (Purwenti, 2006).

2.3. Pemilihan Induk
Lobster yang dipilih untuk dilakukan pemijahan adalah yang memiliki morfologi lengkap. Calon induk lobster air tawar yang akan dipijahkan sebaiknya dipilih yang benar – benar sehat dilihat dari gerakannya warna tubuhnya dan kelengkapan organ – organnya.
Secara biologis untuk induk lobster air tawar jenis sangat mudah untuk dibedakan antara jantan dan betina karena pada induk lobster yang berkelamin jantan terdapat ciri warna merah yang terletak pada capit pertama bagian luarnya sedangkan pada induk betina hal tersebut tidak ada. Selain itu perbedaan yang sangat jelas dan dapat dilihat pada alat kelamin. Induk lobster jantan alat kelaminnya terdapat tonjolan sebanyak dua buah pada pangkal kaki jalan paling balakang sedangkan induk lobster betina alat kelaminnya berupa bulatan sebanyak dua buah pada pangkal kaki jalan ke tiga dari belakang.
.





Gambar 2. Alat kelamin betina (kiri), kelamin jantan (kanan)
2.4. Seleksi Induk
Seleksi induk dengan melihat tanda-tanda tubuh. Caranya, tangkap induk-induk betina yang sudah berisi telur berwarna kuning tua atau coklat; masukan ke dalam waskom besar yang diberi aerasi; lakukan seleksi ulang agar mendapatkan induk yang betul-betul matang gonad; masukan ke dalam waskom lain. Catatan : jangan menangkan dengan sekup net, karena bisa menyebabkan induk kaget dan telurnya jatuh. Tangkap dengan kedua tangan, satu untuk memegang kepala satu lagi untuk memegang ekor.
2.5. Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk dilakukan dalam bak fibre atau bak beton. Caranya, siapkan bak fibre glass atau bak beton berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m, di isi air setinggi 30 – 35 cm, masukan pelindung berupa potongan pipa paralon berdiameter 4 inchi dengan panjang 15 - 20 cm; tebar induk sebanyak 10 – 15 ekor/m2 (jantan dan betina terpisah), beri pakan setiap hari berupa pelet udang dengan diameter 1 mm dan panjang 3 mm sebanyak 2 – 4 butir/ ekor; pemeliharaan induk dilakukan selama 2 – 3 minggu dan setiap tiga hari air diganti ½ bagiannya.
2.6. Perkawinan
Proses perkawinan induk biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. Induk betina yang siap memijah tampak bergerak aktif mendekati jantan. Agar proses pemijahan dapat berjalan dengan baik maka induk lobster tetap harus dilengkapi dengan tempat persembunyian dan aerator. Pasangan induk yang telah dimasukkan ke dalam wadah biasanya tidak langsung kawin. Induk-induk tersebut membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri, baik dengan lingkungannya maupun dengan pasangannya.





Gambar 3. Proses perkawinan

2.7. Pengeraman Telur dan Penetasan
Pengeraman telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm, di isi air setinggi 30 cm, pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama pengeraman; masukan 1 ekor induk yang sudah bertelur, beri 2 – 4 butir pelet udang setiap hari, ganti air ½ bagiannya setpa tiga hari sekali.



2.8. Perontokan Benih
Perontokan benih dilakukan setelah masa pengeraman berlangsung selama 40 – 42 hari. Caranya, surutkan air hingga 20 cm, tangkap induk dengan sekup net dan angkat ke atas akuarium, tangkap induk dengan tangan, celupkan induk ke dalam air akuarium itu berkali-kali hingga larva dalam tubuh habis; kembalikan induk ke tempat pemeliharaan; isi air akuarium tadi hingga mencapai ketinggian semula; biarkan selama seminggu

2.9. Pemeliharaan Larva
Larva  hasil pemijahan itu baik dari hasil yang dirontokkan maupun lepas dengan sendirinya sebaiknya dipelihara pada tempat penetasan selama kurang lebih satu bulan.  Larva lobster yang telah lepas dari induknya dibiarkan pada tempat  tersebut dan selama pemeliharaan harus diletakkan substrat sebagai tempat berlindung larva yang berupa potongan pipa paralon.   Hal ini dikarenakan larva lobster air tawar tersebut akan mengalami pergantian kulit (molting).  Selama mengalami molting larva-larva tersebut akan berlindung pada potongan pipa tersebut. Dalam proses pemelihaan larva dilakukan pemberian pakan berupa cacing tubifek atau pellet yang ukurannya telah disesuaikan dengan ukuran bukaan  mulut larva.  Selama proses pemeliharaan benih ketinggian air diturunkan hingga mencapai 10-12 cm. Waktu pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Dengan prosentase antara 25 % pada pagi hari dan 75 % pada sore hari, hal ini dilakukan megingat sifat dari lobster  air tawar  itu sendiri nocturnal(lebih aktif pada malam hari).  Dalam melakukan pemeliharaan larva lobster air tawar penyiponan juga sebaiknya dilakukan agar kotoran-kotoran lobster atau sisa-sisa pakan yang tidak dimakan oleh lobster tidak mengganggu kualitas air media. Pergantian air dilakukan setiap minimal 2 minggu sekali agar kualitas air dalam media tetap baik.




BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu Pelaksanaan

Hari/tanggal    : Rabu, 15 Oktober 2014 – 8 Desember 2014
            Waktu                         : 14.00 – sampai selesai
            Tempat            : Lab. Reproduksi dan Genetika
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Peralatan yang digunakan pada pembenihan lobster air tawar
No
Nama alat
Kegunaan
1
Akuarium
Wadah pengeraman dan penetasan telur
2
Bak fiber
Wadah pemeliharaan dan pemijahan induk
3
Selter
Untuk persembunyian lobster
4
Baskom
Wadah sampel / sipon
5
Penggaris
Mengukur panjang tubuh lobster
6
Timbangan analitik
Menimbang induk dan larva
7
Peralatan aerasi
Mensuplai oksigen
8
Alat sipon
Untuk menyipon
9
Pompa air
Mensuplai air
10
Mikroskop
Mengamati perkembangan lobster
11
Seser
Mengambil sampel (benih atau induk)
12
Pisau
Mencincang pakan
13
Spon atau sikat
Membersihkan wadah pemeliharaan


Tabel 2. Bahan yang digunakan pada pembenihan lobster
No
Nama bahan
Kegunaan
1
Induk
Penghasil benih / larva
2
Pakan (cacing beku, ubi, kacang ijo, dan pellet)
 Makanan induk / larva
3
Air tawar
Media pemeliharaan

3.3 Prosedur Kerja
3.1.1        Persiapan wadah
·      Pencucian wadah pemeliharaan dan selter
·      Pengisian air
·      Pemberian aerasi
3.1.2        Pemeliharaan dan Pemijahan Induk
·           Udang betina dan jantan lobster yang akan dijadikan induk diseleksi berdasarkan berat, kondisi tubuh, alat kelamin udang betina dan jantan lobster air tawar.
·           Memasukkan induk kedalam bak pemeliharaan sekaligus bak pemijahan induk
·           Pipa paralon yang berukuran 4-5 inchi (selter) dimasukkan kedalam bak atau aquarium pemeliharaan induk.
·           Selama masa pemeliharaan induk diberi pakan berupa cacing beku, ubi, kacang ijo dan pellet. (pakan lobster diusahakan dikombinasikan agar lobster tidak bosan)
·           Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari pada pukul 08.00 dan 16.00.
·           Selama masa pemeliharaan juga dilakukan penyiponan, penyiponan sebaiknya dilakukan setiap pagi sebelum pemberian pakan.
·           Proses pemijahan pada induk jantan dan betina lobster dilakukan pada saat berlangsung kegiatan pemeliharaan induk.
3.1.3        Pengeraman dan Penetasan telur
·           Apabila telah terlihat induk yang melipat ekornya, berarti induk tersebut sedang dalam masa pengeraman telur.
·           Pengeraman dan penetasan dilakukan di aquarium
·           Pipa paralon dimasukkan kedalam akuarium sebanyak 1 buah
·           Aerasi dihidupkan
·           Induk tersebut dipindahkan kedalam akuarium yang telah dipersiapkan sebelumnya
·           Selama masa pengeraman induk diberi pakan berupa cacing beku, kerang, pellet dan kacang hijau
·           Air media pengeraman juga harus dalam keadaan bersih dengan cara setiap pagi sebelum pemberian pakan bak pengeraman disipon.
·           Setiap 1 minggu induk udang betina diamati perkembangan telur.

3.1.4        Perontokan benih
·           Setelah benih yang lepas dari tubuh induknya sekitar 25-30%, maka segera dilakukan perontokan benih
·           Induk diangkat ke atas sampai permukaan air sehingga yang terendam hanya sebagian tubuhnya.
·           Pada saat itu induk akan menggerak-gerakkan kaki jalannya serta mengibas-gibaskan ekornya, dengan demikian benih akan terlepas satu persatu dari tubuh induknya.
·           Setelah semua benih yang menempel terlepas dari induknya. Induk kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertentu (dikarantinakan) sebelum dikembalikan kewadah pemeliharaan untuk melakukan perkawinan kembali.
3.1.5        Perawatan Benih
·           Benih dipelihara di dalam akuarium penetasan
·           Akuarium diberi pipa paralon berukuran 0,5-1 inchi (selter)
·           Benih diberi pakan berupa cacing beku, pellet dan kacang ijo
·           Penyiponan dilakukan setiap pagi sebelum pemberian pakan
·           Setiap 10 hari sekali benih lobster disampling dengan menghitung dan mengukur panjangnya






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1. Perbedaan induk jantan dan betina secara morfologi
 









Induk Betina                                           Induk Jantan




Gambar 2. Perkembangan Embrio
 








                                                                                                          


 




Gambar 3. Perkembangan telur





                Telur berwarna orange                             berwarna kemerahmerahan

 





      Menetas dan tubuh sudah terbentuk                     Memiliki bintik-bintik hitam




Gambar 4. Grafik pertumbuhan benih
Tabel 3. Ukuran induk lobster air tawar

Sampel
Betina
Jantan
Panjang (cm)
Berat (gram)
Panjang (cm)
Berat (gram)
1.
2.
3.
4.
5.
13 cm
13,5 cm
15 cm
13 cm
7 gram
73 gram
82 gram
62 gram

13,5 cm
12 cm
16 cm
65 gram
73 gram
28 gram
Rata-Rata
13,6 cm
56 gram
13,83 cm
55,33 gram


Tabel 4. Ukuran induk dan jumlah benih yang dihasilkan

Sampel
Ukuran Induk
Jumlah benih yang dihasilkan (ekor)
Jumlah benih    per cm induk (ekor/cm induk)
Jumlah benih   per gram induk (ekor/gram induk)
Panjang (cm)
Berat (gram)
1.
2.

11
13,5
38
73
37
-
3.36
-
0.97
-
Rata-rata
12.25
55.5
37
3.36
0.97

Tabel 5. Perkembangan telur lobster air tawar

Hari/tanggal pengamatan dengan interval 3 hari
Umur telur
Hari ke-
Warna Telur
senin, 20/okt/2014

4
Ukuran telur yang longjong, kuning telur full, dan cangkang telur yang keras, di bandingkan dengan telur ikan, berwarna orange kehijauan.
kamis, 23/okt/2014
7
Warna telur semakin kuning
minggu, 26/okt/2014
10
Kunig telur yang buram,
Rabu, 29/okt/2014
13
Telur semakin gelap, coklat kehitaman.
Sabtu, 01/nov/2014
16
Mata mulai terbentuk, kaki jalan sudah terbentuk.
Selasa, 04/nov/2014
19
Kaki semakin banyak yang tebentuk, dan kuning telurnya semakin berkurang.
Jum’at, 07/nov/2014
22
Kaki semakin banyak yang tebentuk, dan kuning telurnya semakin berkurang.
Senin, 10/nov/2014
25
Kaki semakin banyak yang tebentuk, dan kuning telurnya semakin berkurang.
Kamis, 13/nov/2014
28
Organ embrio semakin lengkap, dan kuning telur semakin berkurang.
Minggu, 16/nov/2014
31
Gerakan kaki semakin lincah,
Rabu, 19/nov/2014
34
Gerakan kaki semakin lincah, dan kuning telur ikut berkurang
Sabtu, 22.nov/2014
37
Gerakan kaki lincah dan kujing telur bekurang
Selasa, 25/nov/2014
40
Semakin Lincah
Jum’at, 28/nov/2014
43
Semakin kincah pergerakan kaki
Senin, 01/des/2014
46
Semakin aktiv bergerak
Jum’at, 05/des/2014
49
Kuning telur tinggal sedikit,
Senin, 08/Des/2014
52
Kuning telur sudah habis

Tabel 6. Ukuran dan jumlah benih lobster air tawar

Wadah
Ukuran induk
Parameter benih yang diamati
Umur benih (hari)
Panjang (cm)
Berat (gram)
1
10
20
30
Akuarium 1
11
36
Panjang rerata (cm)
0.39
0.45
1.7
1.9
Berat rerata (g)
5.40
5.9
7.2
8.8
Jumlah (ekor)
  37
21
9
2
SR (%)
100 %
57 %
24 %
5 %
Akuarium 2
-
-
Panjang rerata (mm)




Berat rerata (mg)




Jumlah (ekor)




SR (%)






Tabel 7. Kualitas air media pembenihan lobster air tawar

No.
Parameter Kualitas Air
Kualitas air media
Pemijahan
Pengeraman
Benih
1.
2.
3.
Suhu (oC)
Oksigen (ppm)
Ph
28,2
5,36
8,40
29,6
5,57
8,58
-
-
-

Tabel 8. Kepadatan lobster pada kegiatan pembenihan

No.
Parameter
Pemijahan
Pengeraman
Benih
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis wadah
Ukuran wadah
Tinggi Air (cm)
Jumlah lobster (ekor)
Kepadatan (ekor/m2)
Bak fiber
1x2m
20
7
3.5
akuarium
60x30 cm
12
1
5,5
Akuarium
60x30 cm
6
37
205

4.2 Pembahasan
Menurut teori calon induk yang baik dari lobster air tawar harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
-       Umur mulai 8 – 18 bulan
-       Ukuran >12 cm
-       Bobot, untuk betina >40 gram sedangkan jantan >50 gram.
-       Berasal dari populasi dengan pertumbuhan tercepat
-       Mengetahui asal usul induk
Sedangkan induk lobster yang kami kawinkan yaitu rata-rata beratnya untuk betina 56 gram sedangkan induk jantan rata-rata beratnya 53,33 gram. Induk jantan yang kami pelihara lebih besar daripada induk betina, Semakin berat bobot induk betina maka semakin banyak telur yang dihasilkan begitupun sebaliknya.
Wadah yang kami gunakan untuk pemeliharaan induk yaitu bak fiber dengan jumlah induk yang dipelihara sebanyak 7 ekor dengan sex ratio adalah 3 jantan dan 4 betina. Selama pemeliharaan induk dilakukan siphon sebelum pemberian pakan karena banyak kotoran yang mengendap di dasar bak seperti sisa pakan dan feses lobster. Setelah selesai disiphon maka diberikan pakan sesuai dengan dosis dan jumlah lobster yang dipelihara. Dalam pemeliharaan induk perlu juga dilakukan pengontrolan kualitas air berupa Oksigen, pH, dan suhu supaya media yang digunakan tetap terjaga serta hama dan penyakit tidak bisa menyerang induk yang dipelihara.
Setelah induk lobster betina bertelur dan mengeram secepatnya dipindahkan ke akuarium supaya tidak diganggu dengan induk yang lain. Induk yang mengeram dilakukan pemeliharaan yang baik supaya larva yang dihasilkan berkualitas. Pada saat pengeraman dilakukan pemberian pakan 2 kali sehari dan penyiponan sebelum pemberian pakan. Kemudian jika kualitas air tidak bagus dilakukan pergantian air sebanyak 70 % supaya tidak terjadi penurunan kualitas air yang bisa menyebabkan induk stress.
Berdasarkan data tabel 2 tentang ukuran induk dan jumlah benih yang dihasilkan bahwa ukuran induk sangat mempengaruhi jumlah benih yang dihasilkan, jika bobot induk besar maka jumlah benih yang dihasilkan juga banyak, sedangkan jika bobot induk kecil maka jumlah benih yang dihasilkan juga sedikit.
Selama kegiatan pemeliharaan larva lobster ada 1 akuarium yang dipakai. Untuk akuarium 1 dengan bobot induk 38 gram menghasilkan larva sebanyak 37 ekor pada minggu pertama. Pada akuarium 1 benih yang dihasilkan selama 30 hari pemeliharaan yaitu 2 ekor dengan berat rata-rata per ekor 8,8 gram dan SR 5%.
Dari hasil pemeliharaan larva selama 30 hari, larva yang hidup sisa 2 ekor, dikarenakan pemberian pakan yang berlebihan mengakibatkan keadaan kualitas air menurun sehingga tidak tidak cocok untuk proses pemeliharaan larva .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat saya simpulkan bahwa kepadatan larva atau benih dalam akuarium pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan lobster air tawar yang dimana dengan padat penebaran yang banyak bisa menghambat pertumbuhan lobster dan terjadi persaingan mendapat makanan, sedangkan padat penebaran yang sedikit bisa mempercepat pertumbuhan lobster karena tidak terjadi persaingan mendapat makanan.

5.2 Saran
          Dengan selesainya kegiatan praktikum ini saya menyarankan bahwa dalam melakukan pembenihan lobster air tawar perlu dilakukan pengontroran setiap hari serta dosis pemberian pakan tidak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan kualitas air menurun.























DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, T. 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Kusman, L. 2006. Pembenihan Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Lukito A. dan Prayugo, S. 2007. Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nurdjana, M.L. 2006. Revitalisasi Budidaya dan Ekspor Rumput Laut dan Budidaya Kepiting Lunak. Makassar : Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.

Sukmajaya, Y. dan Suharjo, I. 2003. Lobster Air Tawar.  Agro Media Pustaka, Jakarta.

Setiawan, C. 2006. Teknik Pembenihan dan Cara Cepat Pembesaran Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Wiyanto. H.R. dan Hartono, R. 2007 Lobster Air Tawar Pembenihan dan Pembesaran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar