TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR
TAWAR
(Cherax
quadricarinatus)
LAPORAN PRAKTIK
Oleh:
IRNAWATI
12 22 060
JURUSAN
BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
PANGKEP
2014
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi besar sebagai wilayah
pengembangan lobster air tawar karena memiliki dua musim. Sayangnya, hal ini
tidak dibarengi dengan tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal dalam
membudidayakan lobster air tawar. Kondisi ini menyebabkan lobster air tawar
masih sulit diperoleh di pasaran dan harganya juga menjadi kurang terjangkau
masyarakat luas. Lobster air tawar tergolong udang yang mudah dibudidayakan.
Selama ini lobster air tawar masih dibudidayakan
dengan lahan dan modal besar. Padahal, usaha budi daya lobster air tawar juga
bisa dikembangkan dalam skala usaha kecil, dengan hanya memanfaatkan lahan yang
ada di sekitar rumah tinggal. Peminat lobster air tawar semakin banyak. Maklum,
bisnis udang bercapit besar ini memang menggiurkan. Harga benih dan produk siap
santapnya sama-sama selangit. Tak heran, jika orang pun berbondong-bondong
membudidayakannya. Ada dua kunci penting dalam budi daya lobster air tawar,
yakni aspek pembenihan dan pembesaran. Jika kedua aspek tersebut dikuasai
dengan benar, keuntungan besar pasti bakal bisa kita raup. Usaha perikanan tidak hanya menyakup masalah
pada usaha budidaya ikan, selain itu juga usaha dalam bidang lobster merupakan
suatu usaha yang cukup menjanjikan bagi dalam dunia industry. Jika dibandingkan
dengan udang air tawar lainnya seperti udang galah dan udang
windu, , lobster air tawar lebih mudah dibudidayakan. Ini dapat kita lihat dari
teknik budidaya yang diterapkan cukup sederhana, sehingga dapat diterapkan oleh
siapa saja yang tertarik untuk melakukannya. Lobster air tawar dapat
dibudidayakan di akuarium maupun kolam dan tidak dibutuhkan lahan yang begitu
luas.
Sementara proses pembudidayaan udang windu dan
pembudidayaan udang galah memerlukan tekhnik khusus dan lahan yang luas. Kelebihan lain yang
dimiliki oleh lobster air tawar ini antara lain tidak mudah stress dan tidak
mudah terserang penyakit. Hal ini jika
didukung oleh kebutuhan pakan, kualit s
air, dan kebutuhan oksigen dengan baik diikuti dengan pertumbuhan
yang cepat. Selain dari sisi budidaya yang cukup sederhana, berkembangnya usaha
dibidang lobster air tawar ini tidak lepas dari tingginya peminatan pasar
terutama pasar ekspor. Sebagai
salah satu jenis udang konsumsi, juga dapat digunakan sebagai udang hias.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada
pelaksanaan praktikum ini adalah Mahasiswa diharapkan mampu melakukan
kegiatan pembenihan lobster air tawar
dan menghasilkan benih.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Taksonomi dan Morfologi
Klasifikasi Cherax menurut Holthuis ( 1950 ) dalam Patasik Samuel adalah
sebagai berikut:
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Crustacea
Sub kelas :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Famili :
Parastacidae
Genus :
Cherax
Spesies : Cherax quadricarinatus
Tubuh lobster air tawar ini terdiri
dari bagian kepala yang disebut chepalothorax
dan badan atau perut yang disebut abdomen. Seluruh tubuhnya diliputi cangkang keras yang
terbuat dari zat tanduk. Cangkang
lobster akan mengelupas dan diganti dengan yang baru seiring dengan pertumbuhan
tubuhnya. Cangkang yang menutupi bagian
kepala disebut karapas ( carapace
). Karapas berperan untuk melindungi
organ seperti otak, insang, hati, dan lambung.
Gambar 1. Morfologi
lobster
2.2.Keunggulan
Peluang
terciptanya lobster air tawar sebagai komoditas perikanan semakin terbuka
seiring dengan semakin populernya di kalangan pembudidaya dan konsumen. Apalagi
lobster air tawar ini mempunyai keunggulan-keunggulan bila di banding dengan
komoditas perikanan lainnya yang sudah berjalan.
Adapun
keunggulan lobster air tawar antara lain:
ü Dibanding
lobster air laut, lobster air tawar dapat dibudidayakan, sementara lobster air
laut masihmengandalkan dari hasil tangkapan alam
ü Pertumbuhan
lobster air tawar relatif lebih cepat dan dapat mencapai ukuran yang layak di
konsumsi
ü Kandungan
lemak lobster air tawar sangat rendah, yaitu kurang dari 20%. Selain itu,
lobster air tawar juga mwngandung selenium yang merupakan antioksidan untuk
menghindari penyakit jantung; sumber yodium, zink, asam lemak omega 3,
magnesium, kalsium dan fosfor.
ü Tekstur
daging lobster air tawar halus dengan cita rasa yang lezat
ü Harga
lobster air tawar umunya lebih tiggi di banding dengan produk perikanan air
tawar lainnya. Saat ini (awal tahun2007), harga lobster air tawar ukuran 100
gram di tingkat petani mencapai Rp 125.000/kg. (Purwenti, 2006).
2.3.
Pemilihan Induk
Lobster yang dipilih untuk
dilakukan pemijahan adalah yang memiliki morfologi lengkap. Calon induk lobster
air tawar yang akan dipijahkan sebaiknya dipilih yang benar – benar sehat
dilihat dari gerakannya warna tubuhnya dan kelengkapan organ – organnya.
Secara biologis untuk induk lobster
air tawar jenis sangat mudah untuk dibedakan antara jantan dan betina karena
pada induk lobster yang berkelamin jantan terdapat ciri warna merah yang
terletak pada capit pertama bagian luarnya sedangkan pada induk betina hal
tersebut tidak ada. Selain itu perbedaan yang sangat jelas dan dapat dilihat
pada alat kelamin. Induk lobster jantan alat kelaminnya terdapat tonjolan
sebanyak dua buah pada pangkal kaki jalan paling balakang sedangkan induk
lobster betina alat kelaminnya berupa bulatan sebanyak dua buah pada pangkal
kaki jalan ke tiga dari belakang.
.
Gambar
2. Alat kelamin betina (kiri), kelamin jantan (kanan)
2.4. Seleksi Induk
Seleksi
induk dengan melihat tanda-tanda tubuh. Caranya, tangkap induk-induk betina yang
sudah berisi telur berwarna kuning tua atau coklat; masukan ke dalam waskom
besar yang diberi aerasi; lakukan seleksi ulang agar mendapatkan induk yang
betul-betul matang gonad; masukan ke dalam waskom lain. Catatan : jangan
menangkan dengan sekup net, karena bisa menyebabkan induk kaget dan telurnya
jatuh. Tangkap dengan kedua tangan, satu untuk memegang kepala satu lagi untuk
memegang ekor.
2.5. Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan
induk dilakukan dalam bak fibre atau bak beton. Caranya, siapkan bak fibre
glass atau bak beton berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m, di isi
air setinggi 30 – 35 cm, masukan pelindung berupa potongan pipa paralon
berdiameter 4 inchi dengan panjang 15 - 20 cm; tebar induk sebanyak 10 – 15
ekor/m2 (jantan dan betina terpisah), beri pakan setiap hari berupa pelet udang
dengan diameter 1 mm dan panjang 3 mm sebanyak 2 – 4 butir/ ekor; pemeliharaan
induk dilakukan selama 2 – 3 minggu dan setiap tiga hari air diganti ½
bagiannya.
2.6. Perkawinan
Proses perkawinan induk biasanya
terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. Induk betina yang siap memijah
tampak bergerak aktif mendekati jantan. Agar proses pemijahan dapat berjalan
dengan baik maka induk lobster tetap harus dilengkapi dengan tempat
persembunyian dan aerator. Pasangan induk yang telah dimasukkan ke dalam wadah
biasanya tidak langsung kawin. Induk-induk tersebut membutuhkan waktu untuk
menyesuaikan diri, baik dengan lingkungannya maupun dengan pasangannya.
Gambar
3. Proses perkawinan
2.7. Pengeraman Telur dan Penetasan
Pengeraman telur dilakukan di
akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm
dan tinggi 40 cm, di isi air setinggi 30 cm, pasang dua buah titik aerasi dan
hidupkan selama pengeraman; masukan 1 ekor induk yang sudah bertelur, beri 2 –
4 butir pelet udang setiap hari, ganti air ½ bagiannya setpa tiga hari sekali.
2.8. Perontokan Benih
Perontokan benih dilakukan setelah
masa pengeraman berlangsung selama 40 – 42 hari. Caranya, surutkan air hingga
20 cm, tangkap induk dengan sekup net dan angkat ke atas akuarium, tangkap
induk dengan tangan, celupkan induk ke dalam air akuarium itu berkali-kali
hingga larva dalam tubuh habis; kembalikan induk ke tempat pemeliharaan; isi
air akuarium tadi hingga mencapai ketinggian semula; biarkan selama seminggu
2.9.
Pemeliharaan Larva
Larva hasil pemijahan itu baik dari hasil yang
dirontokkan maupun lepas dengan sendirinya sebaiknya dipelihara pada tempat
penetasan selama kurang lebih satu bulan.
Larva lobster yang telah lepas dari induknya dibiarkan pada tempat tersebut dan selama pemeliharaan harus
diletakkan substrat sebagai tempat berlindung larva yang berupa potongan pipa
paralon. Hal ini dikarenakan larva
lobster air tawar tersebut akan mengalami pergantian kulit (molting). Selama mengalami molting larva-larva tersebut
akan berlindung pada potongan pipa tersebut. Dalam proses pemelihaan larva
dilakukan pemberian pakan berupa cacing tubifek atau pellet yang ukurannya
telah disesuaikan dengan ukuran bukaan
mulut larva. Selama proses
pemeliharaan benih ketinggian air diturunkan hingga mencapai 10-12 cm. Waktu
pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Dengan prosentase antara 25
% pada pagi hari dan 75 % pada sore hari, hal ini dilakukan megingat sifat dari
lobster air tawar itu sendiri nocturnal(lebih aktif pada malam
hari). Dalam melakukan pemeliharaan
larva lobster air tawar penyiponan juga sebaiknya dilakukan agar
kotoran-kotoran lobster atau sisa-sisa pakan yang tidak dimakan oleh lobster
tidak mengganggu kualitas air media. Pergantian air dilakukan setiap minimal 2
minggu sekali agar kualitas air dalam media tetap baik.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Rabu, 15 Oktober 2014 – 8 Desember 2014
Waktu
: 14.00 – sampai
selesai
Tempat : Lab.
Reproduksi dan Genetika
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Peralatan yang digunakan pada
pembenihan lobster air tawar
No
|
Nama alat
|
Kegunaan
|
1
|
Akuarium
|
Wadah
pengeraman dan penetasan telur
|
2
|
Bak
fiber
|
Wadah
pemeliharaan dan pemijahan induk
|
3
|
Selter
|
Untuk
persembunyian lobster
|
4
|
Baskom
|
Wadah
sampel / sipon
|
5
|
Penggaris
|
Mengukur
panjang tubuh lobster
|
6
|
Timbangan
analitik
|
Menimbang
induk dan larva
|
7
|
Peralatan
aerasi
|
Mensuplai
oksigen
|
8
|
Alat
sipon
|
Untuk
menyipon
|
9
|
Pompa
air
|
Mensuplai
air
|
10
|
Mikroskop
|
Mengamati
perkembangan lobster
|
11
|
Seser
|
Mengambil
sampel (benih atau induk)
|
12
|
Pisau
|
Mencincang
pakan
|
13
|
Spon
atau sikat
|
Membersihkan
wadah pemeliharaan
|
Tabel 2. Bahan
yang digunakan pada pembenihan lobster
No
|
Nama
bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Induk
|
Penghasil
benih / larva
|
2
|
Pakan
(cacing beku, ubi, kacang ijo, dan pellet)
|
Makanan induk / larva
|
3
|
Air
tawar
|
Media
pemeliharaan
|
3.3 Prosedur Kerja
3.1.1
Persiapan
wadah
·
Pencucian wadah pemeliharaan dan selter
·
Pengisian air
·
Pemberian aerasi
3.1.2
Pemeliharaan
dan Pemijahan Induk
·
Udang betina dan jantan lobster yang
akan dijadikan induk diseleksi berdasarkan berat, kondisi tubuh, alat kelamin
udang betina dan jantan lobster air tawar.
·
Memasukkan induk kedalam bak
pemeliharaan sekaligus bak pemijahan induk
·
Pipa paralon yang berukuran 4-5 inchi
(selter) dimasukkan kedalam bak atau aquarium pemeliharaan induk.
·
Selama masa pemeliharaan induk diberi
pakan berupa cacing beku, ubi, kacang ijo dan pellet. (pakan lobster diusahakan
dikombinasikan agar lobster tidak bosan)
·
Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore
hari pada pukul 08.00 dan 16.00.
·
Selama masa pemeliharaan juga dilakukan
penyiponan, penyiponan sebaiknya dilakukan setiap pagi sebelum pemberian pakan.
·
Proses pemijahan pada induk jantan dan
betina lobster dilakukan pada saat berlangsung kegiatan pemeliharaan induk.
3.1.3
Pengeraman
dan Penetasan telur
·
Apabila telah terlihat induk yang
melipat ekornya, berarti induk tersebut sedang dalam masa pengeraman telur.
·
Pengeraman dan penetasan dilakukan di
aquarium
·
Pipa paralon dimasukkan kedalam akuarium
sebanyak 1 buah
·
Aerasi dihidupkan
·
Induk tersebut dipindahkan kedalam
akuarium yang telah dipersiapkan sebelumnya
·
Selama masa pengeraman induk diberi pakan
berupa cacing beku, kerang, pellet dan kacang hijau
·
Air media pengeraman juga harus dalam
keadaan bersih dengan cara setiap pagi sebelum pemberian pakan bak pengeraman
disipon.
·
Setiap 1 minggu induk udang betina
diamati perkembangan telur.
3.1.4
Perontokan
benih
·
Setelah benih yang lepas dari tubuh
induknya sekitar 25-30%, maka segera dilakukan perontokan benih
·
Induk diangkat ke atas sampai permukaan
air sehingga yang terendam hanya sebagian tubuhnya.
·
Pada saat itu induk akan
menggerak-gerakkan kaki jalannya serta mengibas-gibaskan ekornya, dengan
demikian benih akan terlepas satu persatu dari tubuh induknya.
·
Setelah semua benih yang menempel
terlepas dari induknya. Induk kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertentu
(dikarantinakan) sebelum dikembalikan kewadah pemeliharaan untuk melakukan
perkawinan kembali.
3.1.5
Perawatan
Benih
·
Benih dipelihara di dalam akuarium
penetasan
·
Akuarium diberi pipa paralon berukuran
0,5-1 inchi (selter)
·
Benih diberi pakan berupa cacing beku,
pellet dan kacang ijo
·
Penyiponan dilakukan setiap pagi sebelum
pemberian pakan
·
Setiap 10 hari sekali benih lobster
disampling dengan menghitung dan mengukur panjangnya
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 1. Perbedaan induk jantan dan betina secara
morfologi
Induk
Betina Induk
Jantan
Gambar 2. Perkembangan Embrio
Menetas dan tubuh sudah terbentuk Memiliki bintik-bintik
hitam
Gambar 4. Grafik pertumbuhan benih
Tabel
3. Ukuran induk lobster air tawar
Sampel
|
Betina
|
Jantan
|
||
Panjang (cm)
|
Berat (gram)
|
Panjang (cm)
|
Berat (gram)
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
13
cm
13,5
cm
15
cm
13
cm
|
7
gram
73
gram
82
gram
62
gram
|
13,5
cm
12
cm
16
cm
|
65
gram
73
gram
28
gram
|
Rata-Rata
|
13,6
cm
|
56
gram
|
13,83
cm
|
55,33
gram
|
Tabel
4. Ukuran induk dan jumlah benih yang dihasilkan
Sampel
|
Ukuran Induk
|
Jumlah benih yang dihasilkan (ekor)
|
Jumlah benih per cm induk (ekor/cm induk)
|
Jumlah benih per gram induk (ekor/gram induk)
|
|
Panjang (cm)
|
Berat (gram)
|
||||
1.
2.
|
11
13,5
|
38
73
|
37
-
|
3.36
-
|
0.97
-
|
Rata-rata
|
12.25
|
55.5
|
37
|
3.36
|
0.97
|
Tabel
5. Perkembangan telur lobster air tawar
Hari/tanggal pengamatan dengan
interval 3 hari
|
Umur
telur
Hari
ke-
|
Warna Telur
|
senin,
20/okt/2014
|
4
|
Ukuran telur yang longjong, kuning
telur full, dan cangkang telur yang keras, di bandingkan dengan telur ikan,
berwarna orange kehijauan.
|
kamis,
23/okt/2014
|
7
|
Warna telur semakin kuning
|
minggu,
26/okt/2014
|
10
|
Kunig telur yang buram,
|
Rabu,
29/okt/2014
|
13
|
Telur semakin gelap, coklat kehitaman.
|
Sabtu,
01/nov/2014
|
16
|
Mata mulai terbentuk, kaki jalan sudah
terbentuk.
|
Selasa,
04/nov/2014
|
19
|
Kaki semakin banyak yang tebentuk, dan
kuning telurnya semakin berkurang.
|
Jum’at,
07/nov/2014
|
22
|
Kaki semakin banyak yang tebentuk, dan
kuning telurnya semakin berkurang.
|
Senin,
10/nov/2014
|
25
|
Kaki semakin banyak yang tebentuk, dan
kuning telurnya semakin berkurang.
|
Kamis,
13/nov/2014
|
28
|
Organ embrio semakin lengkap, dan
kuning telur semakin berkurang.
|
Minggu,
16/nov/2014
|
31
|
Gerakan kaki semakin lincah,
|
Rabu,
19/nov/2014
|
34
|
Gerakan kaki semakin lincah, dan
kuning telur ikut berkurang
|
Sabtu,
22.nov/2014
|
37
|
Gerakan kaki lincah dan kujing telur
bekurang
|
Selasa,
25/nov/2014
|
40
|
Semakin Lincah
|
Jum’at,
28/nov/2014
|
43
|
Semakin kincah pergerakan kaki
|
Senin,
01/des/2014
|
46
|
Semakin aktiv bergerak
|
Jum’at,
05/des/2014
|
49
|
Kuning telur tinggal sedikit,
|
Senin,
08/Des/2014
|
52
|
Kuning telur sudah habis
|
Tabel
6. Ukuran dan jumlah benih lobster air tawar
Wadah
|
Ukuran
induk
|
Parameter benih yang diamati
|
Umur benih
(hari)
|
||||
Panjang (cm)
|
Berat (gram)
|
1
|
10
|
20
|
30
|
||
Akuarium 1
|
11
|
36
|
Panjang
rerata (cm)
|
0.39
|
0.45
|
1.7
|
1.9
|
Berat
rerata (g)
|
5.40
|
5.9
|
7.2
|
8.8
|
|||
Jumlah
(ekor)
|
37
|
21
|
9
|
2
|
|||
SR
(%)
|
100
%
|
57
%
|
24
%
|
5
%
|
|||
Akuarium 2
|
-
|
-
|
Panjang
rerata (mm)
|
|
|
|
|
Berat
rerata (mg)
|
|
|
|
|
|||
Jumlah
(ekor)
|
|
|
|
|
|||
SR
(%)
|
|
|
|
|
Tabel
7. Kualitas air media pembenihan lobster air tawar
No.
|
Parameter Kualitas Air
|
Kualitas air media
|
||
Pemijahan
|
Pengeraman
|
Benih
|
||
1.
2.
3.
|
Suhu
(oC)
Oksigen
(ppm)
Ph
|
28,2
5,36
8,40
|
29,6
5,57
8,58
|
-
-
-
|
Tabel
8. Kepadatan lobster pada kegiatan pembenihan
No.
|
Parameter
|
Pemijahan
|
Pengeraman
|
Benih
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Jenis wadah
Ukuran
wadah
Tinggi
Air (cm)
Jumlah
lobster (ekor)
Kepadatan
(ekor/m2)
|
Bak
fiber
1x2m
20
7
3.5
|
akuarium
60x30
cm
12
1
5,5
|
Akuarium
60x30
cm
6
37
205
|
4.2 Pembahasan
Menurut
teori calon induk yang baik dari lobster air tawar harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
-
Umur mulai 8 – 18 bulan
-
Ukuran >12 cm
-
Bobot, untuk betina >40 gram sedangkan jantan >50 gram.
-
Berasal dari populasi dengan pertumbuhan tercepat
-
Mengetahui asal usul induk
Sedangkan
induk lobster yang kami kawinkan yaitu rata-rata beratnya untuk betina 56 gram
sedangkan induk jantan rata-rata beratnya 53,33 gram. Induk jantan yang kami
pelihara lebih besar daripada induk betina, Semakin berat bobot induk betina
maka semakin banyak telur yang dihasilkan begitupun sebaliknya.
Wadah yang kami gunakan untuk
pemeliharaan induk yaitu bak fiber dengan jumlah induk yang dipelihara sebanyak
7 ekor dengan sex ratio adalah 3 jantan dan 4 betina. Selama pemeliharaan induk
dilakukan siphon sebelum pemberian pakan karena banyak kotoran yang mengendap
di dasar bak seperti sisa pakan dan feses lobster. Setelah selesai disiphon
maka diberikan pakan sesuai dengan dosis dan jumlah lobster yang dipelihara.
Dalam pemeliharaan induk perlu juga dilakukan pengontrolan kualitas air berupa
Oksigen, pH, dan suhu supaya media yang digunakan tetap terjaga serta hama dan
penyakit tidak bisa menyerang induk yang dipelihara.
Setelah induk lobster betina
bertelur dan mengeram secepatnya dipindahkan ke akuarium supaya tidak diganggu
dengan induk yang lain. Induk yang mengeram dilakukan pemeliharaan yang baik
supaya larva yang dihasilkan berkualitas. Pada saat pengeraman dilakukan
pemberian pakan 2 kali sehari dan penyiponan sebelum pemberian pakan. Kemudian
jika kualitas air tidak bagus dilakukan pergantian air sebanyak 70 % supaya
tidak terjadi penurunan kualitas air yang bisa menyebabkan induk stress.
Berdasarkan data tabel 2 tentang
ukuran induk dan jumlah benih yang dihasilkan bahwa ukuran induk sangat
mempengaruhi jumlah benih yang dihasilkan, jika bobot induk besar maka jumlah
benih yang dihasilkan juga banyak, sedangkan jika bobot induk kecil maka jumlah
benih yang dihasilkan juga sedikit.
Selama
kegiatan pemeliharaan larva lobster ada 1 akuarium yang dipakai. Untuk akuarium
1 dengan bobot induk 38 gram menghasilkan larva sebanyak 37 ekor pada minggu
pertama. Pada akuarium 1 benih yang dihasilkan selama 30 hari pemeliharaan
yaitu 2 ekor dengan berat rata-rata per ekor 8,8 gram dan SR 5%.
Dari
hasil pemeliharaan larva selama 30 hari, larva yang hidup sisa 2 ekor,
dikarenakan pemberian pakan yang berlebihan mengakibatkan keadaan kualitas air
menurun sehingga tidak tidak cocok untuk proses pemeliharaan larva .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat saya simpulkan bahwa kepadatan larva atau benih
dalam akuarium pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan lobster air
tawar yang dimana dengan padat penebaran yang banyak bisa menghambat
pertumbuhan lobster dan terjadi persaingan mendapat makanan, sedangkan padat
penebaran yang sedikit bisa mempercepat pertumbuhan lobster karena tidak terjadi
persaingan mendapat makanan.
5.2
Saran
Dengan selesainya kegiatan praktikum ini saya menyarankan
bahwa dalam melakukan pembenihan lobster air tawar perlu dilakukan pengontroran
setiap hari serta dosis pemberian pakan tidak boleh berlebihan karena dapat
mengakibatkan kualitas air menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, T. 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka,
Jakarta.
Kusman, L. 2006. Pembenihan Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka,
Jakarta.
Lukito A. dan Prayugo,
S. 2007. Lobster Air Tawar. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Nurdjana, M.L. 2006. Revitalisasi Budidaya dan Ekspor Rumput Laut dan Budidaya Kepiting
Lunak. Makassar : Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.
Sukmajaya,
Y. dan Suharjo, I. 2003. Lobster Air
Tawar. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Setiawan, C. 2006. Teknik Pembenihan dan Cara Cepat Pembesaran
Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Wiyanto. H.R. dan
Hartono, R. 2007 Lobster Air Tawar
Pembenihan dan Pembesaran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar