Jumat, 20 November 2015

TEKNIK PERSIAPAN TAMBAK PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK PLASTIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Indonesia yang terletak pada daerah tropis dan terdiri dari kepulauan yang luas dan memiliki pantai yang luas.  Hamparan pantai dari sabang sampai Merauke merupakan potensi yang sangat besar.  Sementara pendayagunaan masih sangat kurang pada budidaya perikanan khususnya pada udang vaname (Litopenaeus vanamei), karena budidaya udang mempunyai prospek yang sangat cerah untuk saat ini dan yang akan datang. Dalam meningkatkan ekspor non migas, udang merupakan salah satau komuditas untuk menambah devisa negara, hal ini didasarkan dengan semakin membaiknya pasaran udang vaname.
Pembangunan tambak pada umumnya dipilih di daerah sekitar pantai, khususnya yang mempunyai atau dipengaruhi oleh sungai besar, sebab banyak petambak beranggapan, bahwa dengan adanya air payau akan memberikan pertumbuhan udang yang lebih baik ketimbang air laut murni. Namun tidak semua wilayah dapat dijadikan tambak udang, dan memang harus dilakukan evaluasi untuk memilih lokasi yang sesuai bagi pembangunan tambak. Secara umum wilayah daerah yang sangat cocok untuk membangun tambak karena ketersediaan air laut sangat mempengaruhi bisa tidaknya tambak beroperasi dengan sukses. Pembangunan untuk tambak sederhana hingga penerapan teknologi intensif cukup mempunyai persyaratan tersendiri seperti pada tambak plastik.
Dalam proses budidaya udang vaname salah satu yang harus diperhatikan adalah persiapan tambak.  Persiapan tambak adalah hal langkah awal yang sangat menentukan dalam budidaya udang vaname.  Salah satu rantai dalam pengoprasian tambak, sebelum benur ditebar terlebih dahulu tambak harus dipersiapkan.  Pesiapan tambak yang baik merupakan salah satu awal keberhasilan udang vaname, persiapan tambak meliputi :  desain dan konstruksi tambak, persiapan tambak hingga sarana dan prasarana.  Persiapan tambak merupakan penyediaan media atau tempat hidup benur, hingga benur dapat hidup dengan baik selama pemeliharaan berlangsung.
1.2.    Tujuan dan Kegunaan
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk dapat mengetahui tentang  teknik persiapan tambak plastik pembesaran udang vaname.
Sedangkan kegunaan dari penulisan tugas akhir ini yaitu sebagai bahan informasi tentang teknik persiapan tambak pembesaran udang vaname di tambak plastik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Biologi Udang Vaname
2.1.1. Klasifikasi
Menurut Wyban dan Sweeney (1991) klasifikasi udang vanname (Litopenaeus vannamei) adalah sebagai berikut :
Kingdom               : Animalia
Sub kingdom        : Metazoa
Filum                     : Artrhopoda
Sub filum                          : Crustacea
Kelas                    : Malascostraca
Sub kelas              : Eumalacostraca
Super ordo            : Eucarida
Ordo                      : Decapoda
Sub ordo               : Dendrobrachiata
Family                   : Penaeidae
Genus                    : Litopenaeus
Spesies                 : Litopenaeus vannamei




2.1.2. Morfologi
Menurut Haliman, R. W dan Adijaya, D.S (2005) tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu Kepala (thorax) dan Perut (abdomen).  Vaname memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting).  Bagian tubuh udang vaname sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut:
1. Makan, bergerak, dan membenamkan diri ke dalam lumpur (burrowing).
2. Menopang insang karena struktur insang udang mirip bulu unggas.
3. Organ sensor, seperti pada antena dan antenula.
a. Kepala (thorax)
Kepala udang vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua pasang maxillae.  Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan tiga pasang maxillipied dan lima pasang kaki jalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda).  Maxillipied sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan.  Endopodite kaki berjalan menempel pada chepalothorax yang dihubungkan oleh coxa.  Bentuk periopoda beruas-ruas yang berujung di bagian dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki ke-1, ke-2, dan ke-3) dan tanpa capit (kaki ke-4 dan ke-5).  Di antara coxa dan dactylus, terdapat ruang berturut-turut disebut basis, ischium, merus, carpus, dan cropus.  Pada bagian ischium terdapat duri yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi beberapa spesies penaeid dalam taksonomi.

b.    Badan dan Perut (abdomen)

Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda).  Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson.  Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.  
Keterangan :
1.    Cepalotorax (bagian kepala) 
2.    Abdomen (bagian badan)               
3.    Restrum (cucut kepala)              
4.    Mata                            
5.    Antenulla (sungut kecil)
6.    Schaphoearit (sisip kepala)
7.    Antenna (sungut besar)
8.    Scale antenna (sisik sungut)
9.    Maxilliped (alat bantu rahang)
10. Preopoda (kaki jalan 5 pasang)
11.Pleopoda (kaki renang)
12.Telson (ujung ekor)
13. Pinch (capit)
14.Uropoda (ekor kipas)



        

Gambar 1. Marfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)



2.1.3. Siklus Hidup
Menurut Haliman, R.W dan Adijaya, D.S (2005), udang vaname bersifat noktural, yaitu melakukan aktifitas makan pada malam hari.  Proses perkawinan ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba.  Pada saat loncatan tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur.  Pada saat besamaan, udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu.  Proses perkawinan berlangsung sekitar 1 menit.  Sepasang udang vaname dapat menghasilkan 100.000-250.000 butir telur yang menghasilkan telur yang berukuran 0,22 mm.  Siklus udang vaname meliputistadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia postlarva.
2.1.4. Pakan dan Kebiasaan Makan
Pakan yang umumnya diberikan berupa pakan bantuan dengan jenis crumble dan pellet dan dapat diberikan pakan tambahan lainnya (pakan segar).  Pemberian pakan sejak mulai udang ditebar ke tambak hingga pemanenan hasil.  Pengaturan pakan dimulai disesuaikan berdasarkan hasil pengamatan sampling di lapangan.  Selain pakan buatan diberikan pula pakan segar berupa cumi segar dengan dosi 2 – 4 % (Kusnendar. 2003).
2.1.5. Tingkah Laku Makan
Menurut Haliman, R.W dan Adijaya, D.S (2005), udang merupakan golongan hewan omnivora atau pemakan segala.  Beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, cocepoda, polyhaeta, larva kerang, dan lumut.  Udang vaname mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae) yang terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxillipied.  Untuk mendekati sumber pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit.  Pakan lansung dicapit menggunakan kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut.  Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan oesophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxillipied di dalam mulut.
2.1.6. Sifat Udang Vaname
Dalam usaha pemeliharaan larva udang vaname, perlu adanya pengetahuan tentang sifat udang vaname, menurut Haliman, R.W dan Adijaya D.S (2005), beberapa tingkah laku udang vaname yang perlu kita ketahui antara lain :
a. Aktif pada kondisi gelap (sifat noktunal)
b. Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline)
c. Suka memangsa sesama jenis (sifat kanibal)
d. Tipe pemakan lambat, tapi terus-menerus (continuo feeder)
e. Menyukai hidup di dasar (bentik)
f. Mencari makanan lewat organ sensor (chemoreceptor)
2.1.7. Penyebaran dan Habitat
Penyebaran udang berbeda-beda tergantung dari jenis persyaratan hidup dalam hidupnya. Udang vaname dapat ditemukan di perairan pasipik dari Meksiko, Amerika Tengah dan Selatan dimana temperatur periran tidak lebih dari 20oC sepanjang tahun (Tricahyo, 1995).
`Adapun habitat yang disukai udang vaname adalah dasar laut yang lumer yang biasanya campuran lumpur dan pesisir (Tricahyo, 1995). Lebih lanjut dijelaskan bahwa, induk udang vaname ditemukan di periran lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter (235 kaki). Udang vaname menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur.
2.2. Teknologi Budidaya Intensif
Tambak intensif mempunyai luas petakan lebih kecil dari tambak ekstensif dan semi-intensif yaitu sekitar 0,4-0,5 ha, dengan tujuan adalah untuk mempermudah kontrol pergantian air, pemberian pakan,pembersihan kotoran dan sebagainya.  Pemasukan air dan pembuangan air melewati saluran dan pintu air yang terpisah.  Pada petakan tambak intensif seluas 0,5 ha, pintu pembuangan air dan kotoran pada umumnya diletakkan di tengah-tengah petakan tambak.  Sehingga kotoran udang dapat dibuang ke luar tambak lewat pintu tengah, karena putaran arus yang ditumbulkan oleh kincir, air mengalirkan kotoran ke bagian tengah petaka tambak (Poernomo 2003).
Amri dan Kanna (2008), menyatakan konstruksi tambak untuk budidaya udang vaname sama dengan konstruksi tambak untuk budidaya udang windu.  Namun, disarankan petakan tambak berbentuk bujur sangkar dengan kedalaman 150-180 cm.  Saluran air tambak (inlet) dibuat terpisah dengan saluran pembuangan (outlet).  Kemiringan dasar tambak dirancang 0,5% kearah saluran pembuangan.  Penempatan kincir atau aerator diatur sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa pakan terkumpul di saluran pembuangan.  Idealnya, untuk tambak udang vaname seluas 0,25 ha dipasang kincir air sebanyak 4 – 6 unit (Amri dan Kanna 2008).
2.2.1. Persiapan Tambak
Persiapan tambak adalah salah satu rantai pengoprasian tambak, sebelum melakukan penebaran benur terlebih dahulu lahan dipersiapkan, persiapan tambak yang layak merupakan awal untuk budidaya udang vaname.  Persiapan tambak meliputi konstruksi tambak, sarana dan prasarana.  Tujuan dari persiapan tambak adalah untuk menyediakan tempat atau media benur sehingga tumbuh dengan baik (Lim dalam Ahmad Yakin, 1999).  Selanjutnya dikatakan oleh Lim (1993), bahwa kegiatan persiapan tambak pada tambak plastik meliputi antara lain : pembersihan tambak, pengeringan, perbaikan tambak, pemasangan sarana dan prasarana tambak selanjutnya dilakukan pengisian air.
Pembersihan tambak yaitu dibersihkan dari segala kotoran yang tidak dimanfaatkan oleh tambak atau kotoran tersebut yang dapat menyebabkan terganggunya kehidupan udang selama pemeliharaan (Harianto, 1998). Pengeringan pada tambak plastik untuk membunuh tritip yang melekat pada dinding dan dasar tambak serta mengoksidasi bahan organik sedangkan pengeringan pada tambak dasar tanah dilakukan sampai tanah dasar retak-retak (Harianto, 1998).
Sebelum tambak diisi air sarana pendukung tambak seperti saringan, outlet/inlet, pemberat kincir, stik level, hurus diadakan pengecekan dan dipasang terlebih dahulu, selanjutnya pengisian air hingga mencapai ketinggian 30-50 cm (Harianto,1998).
2.2.2. Air Media Pemeliharaan
Kualitas air tambak pada budidaya udang vaname haruslah dalam keadaan optimal, utamanya salinitas dan pH air.  Udang vaname memiliki toleransi yang cukup besar antara 3 ‰ sampai 48 ‰ (Tseng dalam Ahmad Yakin, 1999).  Udang vaname mempunyai toleransi yang cukup tinggi terhadap salinitas, akan tetapi  di bawah 10 ‰ dan di atas 43 ‰  dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi, oleh sebab itu salinitas dalam keadaan optimal yaitu 18 ‰ sampai 30 ‰, dalam budidaya udang vaname juga diperhatikan adalah derajat keasaman atau pH air, , pH   atau derajat keasaman yang baik bagi budidaya udang vaname adalah 7,5 sampai 8,5 (Mujiman dan Suyanto, 1990).
Dalam budidaya udang vaname, sistem budidaya mempunyai kreteria tersendiri salah satunya adalah luas tambak.  Luas petakan semi intensif 1 hektar sampai 3 hektar  dan pada tambak intensif 0,2 sampai 0,5 hektar, makin kecil petakan tambak makin mudah dalam pengelolaan airnya (Mujiman dan Suyanto, 1990).




BAB III
METODOLOGI
3.1.  Waktu dan Tempat
Waktu pelaksnaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dimulai pada tanggal 22 Maret sampai dengan tanggal 22 Juni 2012.  Di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.
3.2.  Metode Pengumpulan Data
3.2.1  Observasi
   Observasi adalah pengamatan secara langsung kegiatan yang dilakukan secara lansung dilapangan dalam lingkungan BBPBAP Jepara, Jawa Tengah.
3.2.2  Wawancara
Wawancara dilakukan dengan para staf peneliti dan petugas untuk memperoleh data yang akurat, pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam usaha pembesaran maka dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya wawancara dengan pihak yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sehingga melalui wawancara ini praktikan memperoleh pengetahuan ataupun keterampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang didapat di lapangan.
3.2.3  Pencatatan Data Sekunder
Metode ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data-data tentang keadaan umum balai menyangkut tata letak, tata kerja organisasi kepegawaian, sarana dan prasarana.
3.3.  Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam persiapan tambak
NO
Alat
Fungsi
1
Palu
Pemukul patok
2
Cangkul
Menggali dan menutup lubang serta membuat tanggul
3
Pompa Superjet
Alat untuk menyemprot sisa lumpur dan tritip
4
Keranjang
Untuk mengangkat lumpur dan tritip
5
Skop sampah
Alat untuk mengangkat kumpulan lumpur dan tritip masuk kekeranjang
6
Sabit
Alat untuk mengeruk tritip dan merucingkan patok
7
Pompa celup 8 inch
Alat untuk pemasukan air kebak tandon dan petakan pembesaran
8
Saringan
Untuk menyaring kotoran pada saat pumasukan air
9
Ember
Sebagai tempat kaporit
10
Gayung
Alat untuk menebar kaporit
11
Timbangan
Alat untuk menimbang kaporit
12
Kincir
Sebagai penyuplai oksigen
13
Pemberat
Tempat tiang kincir
14
Tiang
Sebagai penahan kincir
15
Obeng dan Tang
Alat untuk menyambungkan kabel kincir dengan instalasi listrik
16
Instalasi Listrik
Alat untuk mengoprasikan kincir
3.3.2 Bahan
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam persiapan lahan tambak
No
Bahan
Keterangan
1
Bambu
Dijadikan patok untuk menahan plastik pada bagian atas
2
Plastik
Untuk menahan atau menampung air
4
Kaporit
Membunuh organisme mikro
5
Ari media
Untuk mengencerkan kaporit

3.4.  Metode Kerja
3.4.1. Pemasangan Plastik
Ø  Alat dan bahan disiapkan
Ø  Plastik  ditarik lalu dipotong hingga membentuk beberapa lembaran
Ø  Setelah plastik terpotong lalu ditempatkan  pada posisi yang ingin dipasangi plastik lalu diberi patok pada bagian atas.
Ø  Setelah plastik sudah berada pada posisi yang diiginkan maka plastik disatukan dengan menggunakan alat press (walder).
3.4.2. Pengeringan, Pembersihan, Pencucian
Ø  Alat dan bahan disiapkan
Ø  Dilakukan pengeringan dengan cara membuka pintu outlet, dan pengeringan dilakukan selama 3-5 hari
Ø  Setelah itu dilakukan pengerukan tritip dan lumpur kemudian dikumpulkan dengan menggunakan sapu lidi
Ø  Tritip dan lumpur yang sudah dikumpulkan kemudian dimsukkan ke dalam keranjang dengan menggunkan skop sampah lalu dibuang
Ø  Kemudian dilakukan pencucian pada dinding dan dasar tambak dengan menggunakan pompa superjet
3.2.3. Pemasukan Air Tandon
Ø  Alat dan bahan disiapkan
Ø  Pemasangan pompa dilakukan pada sumber air (petak tandon pertama)
Ø  Setelah pompa terpasang maka dilakukan pemasangan waring hitam pada sekeliling pompa dan pemsangan saringan kasa (saringan hijau) pada ujung pipa pemasukan air
Ø  Setelah semua telah terpasang maka siap dilakukan pemompaan air ke petak tandon
2.3.4. Pengelolaan Air Tandon
Ø  Alat dan bahan disiapkan
Ø  Kaporit ditimbang sebanyak 10 ppm (5 kg) guna untuk memberantas hama pada petak tandon
Ø  Lalu kaporit diencerkan dengan menggunakan air tandon
Ø  Setelah itu kaporit siap untuk ditebar secra merata kepetakan tandon.
Ø  Air tandon di diamkan selama 3-5 hari hingga air tandon agak kelihatan jernih dan bauh kaporitnya menghilang lalu siap difungsikan.
2.3.5. Pemasukan Air Petak Pemerliharaan
Ø  Pompa celup dimasukkuan ke petakan tandon
Ø  Sebelum melakukan pemasukan air ke media pemeliharaan ujung pipa pemasukan dipasangi saringan planktonet dan saringan kasa (saringan hijau) guna untuk menahan saringan plankton agar tidak mudah robek
Ø  Setelah itu air tandon siap disalurkan ke petakan pemeliharaan



2.3.6. Inokulan Plankton
Ø  Alat dan bahan disiapkan
Ø  Bibit cholorella sp di ambil dari Lab. Pakan alami sebanyak 250 liter dengan menggunakan kantongan.
Ø  Kantong bibit diangkat ke media
Ø  Kantong dibuka, dan bibit cholorella sp di lepaskan kemedia budidaya
2.3.6. Pemasangan dan Pengoperasian Kincir
Ø  Alat disiapkan
Ø  Jarak antara kincir diukur
Ø  Pemberat ditempatkan pada posisi yang telah ditentukan
Ø  Kincir diletakkan di atas pemberat dan diberi tiang sebagai penahan agar kincir tidak bergeser pada saat dioprasikan
Ø  Kabel kincir disambungkan dengan instalasi listrk
Ø  Setelah itu maka kincir siap untuk dioprasikan.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Persiapan Wadah
4.1.1. Desain dan Konstruksi Tambak
4.1.1.1. Petakan Tambak
Petakan tambak berbentuk empat persegi panjang, dengan konstruksi tanah dilapisi plastik, plastik yang digunakan dari jenis High Density Poly Etilen dengan ketebalan 0,75 mm, namun tambak  yang digunakan juga memiliki ukuran, panjang 50 m, lebar 40 m dan kedalaman 1,50 m, dengan  seluruh permukaan dasar tambak tertupi oleh plastik. Plastik jenis HDPE digunakan karena memiliki ke unggulan seperti tahan bocor (kedap air), tidak memerlukan waktu yang lama dalam persiapan lahan pada pembersihan lumpur dan pengerukan tritip,  selain itu mudah untuk melakukan penyiponan dasar tambak.
4.1.1.2. Pematang Tambak
Pematang tambak berfungsi untuk menahan air dalam petakan, sehingga air tambak selalu berada pada level yang sesuai dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang.  Dinding pematang tambak yang dilapisi plastik untuk mencegah berkurangnya air tambak akibat kebocoran pematang, pada bagian atas pematang ditutupi plastik selebar 10 cm, lebar untuk jalanan 1 m dan ketinggian 1,50 m.
Ukuran tersebut, merupakan ukuran yang layak kegiatan budidaya karena mudah dalam melakukan pengontrolan serta optimalisasi fungsi pematang tambak, namun pada setiap sudut tambak dibuat agar berbentuk melengkung dengan tujuan agar dapat meminimalkan daerah titik mati dan pembuatan tanggul pada bagian atas dengan lebar 10 cm yang telah tertutupi plastik dimana ujung plastik dibenamkan 5-10 cm lalu dicor dengan tujuan memperkuat bentangan plastik. Dengan luas tambak 2000 m2 merupakan luasan tambak yang optimal untuk tambak budidaya secara intensif karena dapat mencapai kepadatan benur 100-125 ekor/m2.  Selain itu, dapat memudahkan dalam pemberian pakan dengan tujuan agar udang mudah untuk melakukan pencarian sumber makanan sehingga pakan yang diberikan tidak terlalu banyak terbuang, hingga pakan yang dibutuhkan selama pemeliharaan sampai pemanenan tidak terlalu banyak.  Dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil panen
Luas (m2)
Jumlah tebar
Bobot (g)
Size (ekor/kg)
SR (%)
Biomassa
Jumlah pakan(kg)
FCR
2000
200000
18,45
54.0
59%
2.167
3772
1,74

4.1.1.3. Central Drain
Tujuan central drain yaitu saluran pembuangan air dari tambak yang letaknya di tengah tambak yang berfungsi :
a)    Membuang air saat pergantian air dan saat pemanenan
b)   Tempat pembuangan lumpur, kotoran dan sisa pakan yang terdorong akibat  putaran kincir.
Pada bagian central drain, dibawah plastik terdapat kotak central drain yang terbuat dari beton dengan ukuran  panjang 2 m, lebar 2 m dan diberi pipa PVC yang berdiameter 8 inch.  Pada central drain ini di hubungkan langsung dengan saluran pengeluaran sebagai saluran air disaat melakukan pergantian air dan pemanenan.
 







    Gambar 2. Central Drain
4.1.1.4. Kotak Central Drain
Yaitu kotak yang berfungsi untuk menempatkan sock sebagai pintu pengeluaran air tambak yang letaknya pada bagian central drain.  Kotak central drain tersebut terbuat dari beton dengan ukuran :  panjang, lebar masing-masing 2 meter.
Kotak central drain juga berfungsi untuk melindungi pipa pembuangan dari bahaya erosi. Sock adalah pipa letaknya pada bagian central drain yang disambungkan dengan filter 1 dan Sock pada bagian saluran pengeluaran digunakan untuk membuka atau menutup aliran dari central drain.
 4.1.1.5. Plastik
Kebutuhan plastik untuk tambak plastik dalam setiap petakan tambak dibutuhkan dua roll dengan panjang ± 365 m dengan lebar 3 m dengan ketebalan 0,75 mm.  Plastik dipotong menjadi beberapa lembaran yang sesuai dengan panjang 60 m perlembarnya, kemudian plastik disambungkan dengan alat press (walder) sehingga menjadi satu lembaran yang cukup menutupi seluruh permukaan tambak dan pematang.  Tujuan  dari pemasangan plastik agar tambak menjadi kedap (tidak bocor) sehingga air yang ada dalam tambak tidak berkurang, juga memudahkan dalam pengelolan kualitas air juga pada persiapan lahan, seperti pengerukan tritip dan penyemprotan lumpur.  Plastik yang digunakan adalah HDPE (Gambar 3).
 







Gambar 3. Plastik yang Digunakan pada Budidaya Udang Vaname di BBPBAP Jepara

4.1.1.6. Sarana Pendukung Tambak
a.    Kincir
Setiap tambak dilengkapi dengan 4 buah kincir dengan jumlah pelampung dan baling-baling 2 buah dengan power 1 hp.
Fungsi kincir yaitu :
-     Menambah O2 terlarut dalam tambak
-     Mengarahkan kotoran agar berkumpul pada bagian central drain dengan melalui putaran arus yang dibuat oleh kincir
-      Memepercepat pencampuran air saat turun hujan.
Pemasangan kincir pada saat PL-tebar sampai dengan umur 50 digunakan hanya dua buah kincir saja dan setelah umur 50 keatas semua kincir digunakan dihidupkan terus menerus agar kebutuhan oksigen terlarut dalam tambak terpenuhi sehingga organisme yang dipelihara tidak mengalami kekurangan oksigen.  Namun kincir yang digunakan empat buah di tempatkan pada bagian sisi sudut petakan tambak dengan jarak 2 meter dari pematang tambak.
Dengan posisi kincir seperti (Gambar 3) diupayakan agar sirkulasi air pada petakan tambak tetap sempurna sehingga limbah dari bahan organik ataupun sisa pakan yang tidak termakan oleh udang akan mengumpul di area central drain dan terbuang melalui pipa pembuangan.  Sehingga dengan demikian udang dapat memanfaatkan pakan dengan baik.






Ket :        
                 Petak tambak              Cetral Drain
                Kincir                         Arah arus
     Gambar 4. Posisi Kincir

 




  
 
     Gambar 5. Setting Kincir dan Instalasi Listrik
b.    Pompa
Tambak udang itensif memerlukan kolam yang cukup dalam. Selain itu untuk tambak udang intensif memerlukan pergantian air dalam jumlah yang besar dan seirirng untuk mengantisipasi tingginya sekresi serta eksresi dari penebaran udang yang cukup tinggi . utntuk itu tidak mungkin mengandalkan   kekuatan pasang surut saja, tepi perlu dibantu dengan pompa air.  Pompa yang digunakan merupakan dari jenis pompa celup yang diletaknya berada pada permukaan tanah dan plastik, pompa yang digunakan dengan kapasitas 7,5 hp, dengan debit air yang dihasilkan 5 M3 /menit dengan diameter 8 inch, namun kegunaan dari pompa celup untuk mengisi air petakan tandon dan mengisi air wadah pemliharaan dari petak tandon serta menguras air tambak pada saat pemanenan.





Gambar 6. Pompa Celup yang Digunakan pada Budidaya Udang Vaname
Pompa superjet digunakan disaat melakukan perbersihanan tambak dari segala kotoran seperti halnya lumpur hitam dan tritip yang terdapat pada dasar tambak dengan cara penyemprotan dasar dan dinding tambak.
c.    Timbangan
Alat ukur berat atau timbangan yang dibutuhkan di tambak udang ada dua, yaitu timbangan halus dan timbangan kasar. Timbangan halus atau timbangan analitik merupakan timbangan yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan udang selama masa pemeliharaan. Timbangan ini bnayak diguankan ketika disaat melekukan sampling pertumbuhan udang.
Timbangan kasar dipergunakan untuk menimbang sarana produksi tambak, misalnya untuk menakar pakan, kapur, kaporit, pupuk, serta bahan yang diperlukan lainya. Oleh karena itu, kapasitas penera kasar yang digunakan 5 dan 10 kg dan 50-100 kg. Ukuran jenis ini biasanya, terdapat dua pilihan yaitu, timbangan duduk dan timbangan gantung.






Gambar 7. Timbangan Duduk dan Timbangan Analitik



d.   Filter T Sipon
Berfungsi menyaring kotoran keluar dari tambak yang diberi lubang-lubang kecil, pada saat penyiponan filter T dibenamkan didasar agar yang tersedot keluar hanya kotoran atau lumpur yang mengendap pada dasar tambak akibat pembentukan dari sisa pakan.







Gambar 8. Filter T Sipon
e.    Stik Level
Merupakan alat digunakan untuk mengontrol ketinggian air media pemeliharaan, oleh kerena itu maka dilakukan pengaturan kedalaman air untuk menjaga kestabilan suhu air dan kelarutan oksigen dalam tambak dan ketinngian air layaknya yang digunakan 90-100 cm.
           



Gambar 9. Stik Level Ketinggian Air


f.       Saringan
Pemasangan saringan pada pintu pemasukan tambak udang berfungsi untuk meyaring  disaat dilakukan pemasukan air kepetakan pemeliharaan dan bak tandon, namun peranan dari saringan sebagai penghalang organisme lain yang dapat merugikan organisme yang dibudidayakan. Selain itu, fungsi utama dari saringan untuk mencegah prtikel kasar dan patikel-partikel kecil langsung masuk kepetakan seperti sampah dan jasad aquatik. Saringan ditempatkan pada bagian ujung pipa, saringan yang digunakan ada dua jenis yaitu saringan planktonet dengan ukuran 250 mikron dan saringan kasa pada bagian luar untuk menahan saringan planktonet agar tidak mudah robek.





       Gambar 10. Saringan Pemasukan Air
g.    Jala
Jala merupakan salah satu sarana penunjang dalam budidaya udang vaname secara intensif.  Alat ini difungsikan untuk menangkap udang disaat melakukan sampling pertumbuhan agar dapat memperkirakan angka kelangsungan hudup (SR) dan bobot rata-rata udang untuk menentukan biomassa udang. Namun jala yang digunakan dari jenis jala lempar dengan luas bukaan jala 2 meter .
h.    Anco
Anco dalah merupakan alat yang berbentuk persegi empat terbuat dari kawat besi dengan ukuran 5 mm dan saringan hijau dengan ukuran 0,5 mm. Selain itu, untuk mengontrol kesehatan udang secara visual, nafsu makan dan pertumbuhan udang.  Alat ini juga merupakan alat bantu untuk memantau dan menduga kebutuhan pakan seacara akurat.
Perinsip dari pemakian anco yaitu jumlah pakan yang ditebar kedalam anco lebih besar dibandingkan jumlah pakan yang ditebar kedalam tambak. Artinya, bila pakan dalam anco habis, dapat dipastikan bahwa pakan dalam tambak pun telah habis. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kemiringan tambak, posis anco, dan kecerahan anco.
Setiaap kali pemberian pakan, 2-4% dari jumlah total pakan yang ditebar harus dimmasukkan kedalam anco namun yang gunakan 1-2% yang diberikan dari jumlah pakan ditebar. Hal ini merupakan tindakan kontrol terhadap kativitas makan udang. Setalah itu, dua jam kemudian anco dapat diangkat dari tambak dan diperiksa sisa pakan yang ada. Dengan demikian, dapat diperidiksi kebutuhan pakan udang.





Gambar 11. Anco yang Digunakan untuk Mengontrol Pakan
4.1.1.7. Pengeringan Tambak
Pengeringan pada tambak intensif pada umunya dilakukan selama 3-5 hari atau tergantung kondisi cuaca, namun tambak pada hakekatnya dilakukan setelah pemanenan, fungsi dari pengringan untuk memutus siklus hidup organisme patogen yang terdapat pada petakan kemungkinan masih ada di tambak.
Selama pengeringan, dilakukan pengangkatan lumpur dasar tambak secara selektif, yakni dilakukan terhadap lumpur yang mengandung amoniak (NH3) atau asam sulfida (H2S). Menurut Kokarin dalam Khairul Amri (1999), bahwa tanah atau lumpur yang berada ditengah tambak tidak selamanya harus dibuang, dengan pertimbangan  bahwa lumpur dapat menjadi sumber nutrien dalam pertumbuhan fitoplankton. Selain itu, pada saat mengalami pergantian kulit (moulting), udang pada umumnya berlindung dengan cara memasukkan badannya kedalam lumpur  untuk menghidari pemangsaan (kanibalisme) dari udang lainnya.
Secara sedarhana, upaya yang dilakukan untuk mendekteksi lumpur yang mengandung amoniak dan asam sulfida adalah dengan cara mencium bau lumpur tersebut. Apabila  lumpur tersebut berbau busuk (seperti telur busuk), maka dapat dipastikan mengandung amoniak dan asam sulfida dan harus dibuang.





 Gambar 12. Proses Pengeringan Tambak
4.1.1.8. Pembersihan dan Pencucian Tambak
 Pembersihan tambak bertujuan untuk membersihkan tambak dari segala macam kotoran yang tidak berguna untuk udang, justru dapat membahayakan kelangsungan hidup udang. Sebagai contoh lumpur hitam yang biasanya terbentuk dari sisa pakan bahan organik lainnya yang tidak teroksidasi secara sempurna.  Seperti pada tambak plastik, pembersihan tambak diawali pembuangan sampah atau lumpur hitam dan pengerukan tritip.  Namun, pencucian pada tambak palstik tidaklah terlalu sulit, cukup dengan melakukan penyemprotan dinding dan dasar tambak melalui selang dengan air ke arah central drain.






 








Gambar 13. Proses Pembersihan dan Pencucian Tambak
4.1.1.9. Pengecekan Sarana Pendukung
Pengecekan sarana pendukung tambak sangat penting dilakukan sebelum melakukan usaha budidaya. Karena biasanya tambak yang dipanen sarana pendukung tambak banyak yang rusak.  Sarana pendukung tambak antara lain :
a.     Filter 1, kerusakan yang sering di alami yaitu pecah dan patah
b.    Saringan, sering mengalami robek
c.     Plastik tambak rusak, robek, atau bocor.  Hal ini dapat terjadi akibat, pada saat pengerukan tritip
d.    Kincir, pompa dan instalasinya, sering mengalami kerusakan pada bagian baling-baling kincir, oli mesin belum terganti dan instalasinya tidak berfungsi
e.     Anco, kerusakan yang sering terjadi adalah saringan hijau robek dan rangkanya patah
f.     Stik level, skala pentunjuk ketinggian airnya sering luntur
Apabila diketahui bahwa sarana pendukung tambak tersebut telah mangalami kerusakan seperti yang disebutkan diatas, maka segara dilakukan perbaikan. Jika dalam proses perbaikan sarana tersebut sudah tidak bisa lagi dilakukan perbaikan maka harus diganti dengan yang baru.



4.1.            Persiapan Media
4.1.1.      Persiapan Air
a.       Pemasukan air ke tandon
Dalam proses budidaya pemasukan air tandon merupakan salah satu langkah awal persiapan air. Pemasukan air kepetakan tandon dengan menggunakan pompa 8 inch dan pada ujung pipa saluran pemasukan diberi saringan kasa (saringan hijau) agar kotoran yang ikut terhisap tidak langsung masuk ke bak tandon. Kemudian dilakukan perlakuan dengan pemberian kaporit. Pemberian kaporit pada air tandon merupakan langkah untuk mambunuh mikro dan makro organisme dengan dosis 10 ppm dengan luas tandon 500 m2.
Gambar 14. Pemasukan Air ke Tandon
b.      Pemasukan air ke wadah pemeliharaan
Pemasukan air ke wadah pemeliharaan secara bertahap hingga ketinggian air mencapai sekitar 100 cm.  Pemasukan air ke wadah pemeliharaan sama halnya dengan peamasukan air ke petak tandon, juga menggunakan pompa celup 8 inch yang diujung pipa dipasangi dengan saringan planktonet 250 mikron dan saringan kasa (saringan hijau) yang berfungsi mencegah hama masuk ke dalam wadah pemeliharaan . Namun air yang digunakan yaitu air yang telah diendapkan dan ditreatment menggunakan kaporit dengan dosis 10 ppm.  Selanjutnya air di aduk dengan menggunakan kincir hingga airnya terlihat menjadi jernih.
 






Gambar 15. Pemasukan Air ke Wadah Pemeliharaan
4.1.2.      Inokulan Plankton
Pemberian inokulan (bibit) plankton pada media air petakan, sebaiknya dari jenis fitoplankton Chlorella sp, Skeletonema sp, dan Dunalaila sp.  Penumbuhan plankton bagi udang dalam sumber sebagai oksigen dan juga sebagai sumber pakan alami pada awal pemeliharaan. Selain itu pakan alami melengkapi nutrisi yang tidak terdapat di pakan pellet serta dapat sebagai pembentukan warna air sehingga bunur terlindung dari sinar matahari. Dengan tingkat kelimpahan plankton yang diukur dengan kecerahan air awal berkisar 40 – 45 cm. Apabila selama waktu tersebut di atas belum tumbuh plankton yang optimal, maka perlu dilakukan kembali pemberian pupuk dan inokulan fitoplankton susulan hingga mencapai kondisi kelimpahan plankton yang stabil.


BAB  V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktek  Mahasiswa (PKPM)  di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah maka dapat disimpulkan bahwa:
1)       Persiapan tambak adalah salah satu rantai dalam pengoprasian tambak, sebelum benur ditebar terlebih dahulu tambak harus dipersiapkan dengan baik.
2)      Dengan luasan tambak 2000m2 adalah luasan efektif untuk tambak itensif karena dapat menampung dengan kepadatan benur 100-120 ekor/m2.
3)      Persiapan media dalam pembesaran udang vaname ada beberapa tahapan seperti, pemasukan air ke bak tandon dan pemasukan air ke wadah pemeliharaan dan inokulan plankton sebelum benur di tebar.
5.2 Saran
1)   Persiapan tambak perlu diperhatikan dengan baik agar pada tahap selanjutnya tidak mengalami kesulitan untuk memulai kembali.
2)   Pengelolaan air juga sangat diperhatikan karena sebagai media tumbuh dan media pembawa penyakit bagi udang.



DAFTAR PUSTAKA
Amri. K. dan Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intesif, Semi Intesif dan Tradisional. Rahasia Sukses Usaha Perikanan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Aninumous, 1995. Prsiapan Tambak Langkah Awal Yang Menentukan. Warta Dipasena, Lampung.
Haliman, R. W. dan Adijaya D. S., 2005. Udang Vaname. Penebar Swadaya, Jakarta.
Harianto, 1998. Teknik Budidaya Udang Windu pada Tambak Plastik. Intitut Perikanan Yogyakarta, Yogyakarta.
Kusnendar, E. 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Udang Vaname Semi Intensif. Depertemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Mujiman. A, 2004. Pemeliharaan Udang Vaname. Penerbit Indah, Surabaya, Jawa Timur.
Mujiman. A. dan Suyanto, S. R., 1990. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya, Jakarta.
Poernomo, A. 2003. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Untuk Mengatasi Permasalahan Tambak Udang Dan Lingkungan Budidaya. Semarang.
Tricahyo, E. 1995. Biologi dan Kultur Udang Windu (Panaeus monodon). Akademika Persindo, Jakarta.
Wyban, James A. dan Sweeny, James N. 1991. Intensive Shrimp Production Technoloy. The Oceonic Institute Shrimp Manual. Hawaii
Yakin, A. 1999. Teknik Persiapan Tambak Plastik Dalam Meningkatkan Produksi Udang Windu. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar