A. Latar Belakang
Budidaya Minapadi yakni budidaya ikan dan tanaman padi yang dikerjakan
dalam lahan yang sama, kini menjadi salah satu alternatif usaha yang dapat
memberikan nilai tambah pendapatan bagi pembudidaya ataupun petani. Usaha
budidaya minapadi ini telah berkembang dengan cukup baik. Baik sebagai usaha
pendederan ataupun sebagai usaha pembesaran. Ikan yang dibudidayakan di dalam
kegiatan minapadi ini antara lain ikan mas dan nila. Namun, kini juga mulai
berkembang usaha minapadi dengan mengusahakan tanaman padi bersama dengan udang
galah. Budidaya minapadi dengan komoditas udang galah kini menjadi salah satu
kegiatan yang digalakkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Ditjen
Perikanan Budidaya sebagai usaha alternatif yang dapat meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan pembudidaya. Usaha perikanan budidaya dengan
sistem minapadi menggunakan komoditas udang galah yang biasa disingkat dengan
nama Ugadi ini cukup menggiurkan. Potensi omset usaha Ugadi lebih besar
dibandingkan dengan usaha minapadi dengan komoditas lainnya. Omset kegiatan
usaha ini mencapai puluhan juta rupiah.
Ugadi yakni budidaya udang galah berbarengan dengan tanaman padi pada
prinsipnya tidaklah berbeda dengan usaha minapadi dengan komoditas ikan mas dan
ikan nila yang telah dilakukan oleh pembudidaya. Bedanya hanya pada komoditas
yang dibudidayakan yakni udang galah. Minapadi yang dilakukan pada model ugadi
ini adalah minapadi dengan konsep minapadi tumpang sari yaitu dengan menanam
padi kemudian setelah umur padi 10 hari barulah dilakukan penebaran benih udang
galah dengan kepadatan tebar 5 ekor per meter persegi. Benih padi yang ditanam
adalah benih padi INPARI 13 yang memiliki masa pemeliharaan tidak jauh berbeda
dengan udang galah. Pemilihan bibit padi yang tidak jauh berbeda masa
pemeliharaan ini dimaksudkan agar pembudidaya dapat menikmati hasil yang
berlipat karena memiliki dua pendapatan dari penen udang galah dan tanaman
padi.
Salah satu syarat keberhasilan dan kesinambungan usaha perikanan budidaya
adalah ketersediaan benih. Masalah ketersedian benih tidak menjadi kendala
karena saat ini benih Udang galah tersedia melimpah. BBPBAT Sukabumi adalah
salah satu pemasok benih udang galah untuk kegiatan minapadi ini. Pada tahun
2012 telah diproduksi benih udang galah sebanyak lima juta ekor benih dengan
kualitas terbaik untuk mendukung usaha ini. Kedepan, BBPBAT akan meningkatkan
produksi benih udang galah untuk lebih mendukung dan memperkuat usaha ugadi ini
seiring dengan digalakkannya usaha ini di tahun ini
Dari sisi pertanian, usaha Ugadi ini merupakan salah
satu langkah guna memininalisasi alih fungsi lahan padi. Seperti sudah banyak
diketahui bahwa banyak lahan padi yang berubah fungsi dan menggerus lahan sawah
yang kemudian mengancam ketahanan pangan nasional. Dengan adanya metode ini
diharapkan alih fungsi lahan sawah dapat berkurang dan dapat meningkatkan produktivitas
pembudidaya dan meningkatkan ketahan pangan nasional. Dengan metode Ugadi ini
tidak hanya udang galah saja yang menjadi lebih sehat tetapi juga mampu
meningkatkan hasil panen tanaman padi. Saat ini rata-rata produktivitas padi
nasional masih berkisar 4,9 ton/ha. Sementara, melalui sistem minapadi,
produktivitas padi naik menjadi 7-8 ton/ha. Selain itu, tanaman padi lebih
sehat karena tidak perlu menggunakan bahan-bahan pestisida dan bahan-bahan
kimia berbahaya dan juga padi tidak mudah terserang hama ataupun penyakit.
A. Tujuan
1. Memberdayakan
lahan sawah atau lahan pekarangan, sekaligus menciptakan model pengembang untuk
meningkatkan pendapatan dengan berbudidaya ikan/udang yang memiliki nilai
ekonomis tinggi.
2. Meningkatkan
komoditas perikanan kualitas ekspor, baik penyediaan benih, dan komsumsi.
3. Mendukung
kegiatan pengembangan pertanian terpadu.
B. Dasar Teori
a.
Aspek Teknis
1.
Lokasi
Ø Kolam sawah
dekat sumber air dan mudah mendapatkan air tawar yang bersih, bebas dari
pencemaran limbah industri, obat-obatan pertanian dan lain-lain.
Ø Fasilitas
transportasi (jalan atau sungai) yang memadai untuk mempermudah pengangkutan
sarana produksi (pakan, benur), hasil panen dan lain-lain
Ø Lokasi Kolam
sawah sebaiknya terhindar dari daerah: banjir, pengendapan lumpur, kelebihan
air tawar pada waktu musim hujan.
2.
Sumber Air
Ø Air tawar
bebas/bersih dari bahan pencemaran dan perlu disaring/diendapkan sebelum
dimasukan kedalam kolam sawah (menghindari masuknya jasad kompetitor dan
predator).
Ø Air tawar
berasal dari sungai maupun air bawah tanah (pengeboran) yang bebas pencemaran.
3.
Fasilitas, Peralatan dan Mesin
Ø Tersedianya
kolam sawah pemeliharaan yang bentuk dan luasnya disesuaikan, kolam cadangan
air, pintu air pembuangan dan pemasukan yang terpisah dan memadai, peralatan
uji kualitas air, gudang penyimpanan pakan, jaring dan lain-lain.
Ø Sumber
tenaga untuk penggerak air seperti pompa air, kincir air dan perlengkapan
penunjang lainnya (Jika diperlukan sesuai padat penebaran).
Ø Kapasitas
sumber tenaga hendaknya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
4.
Ukuran dan Dasar kolam sawah
Ø Ukuran kolam
sawah yang disesuaikan luas standar + 500 – 1.000 m2 per petak untuk memudahkan
pemanenan, perawatan, penggantian air dan pengawasanya.
Ø Dasar
kolam/sawah yang baik terdiri dari kombinasi tanah lumpur dan pasir.
Ø Udang galah
mempunyai daerah produktif dibagian pinggir kolam dekat tanggul, sehingga makin
panjang bentuk kolam, maka makin luas daerah produktifnya.
b.
Konstruksi Kolam sawah
Penampang Kolam
Keterangan :
a.
Pematang
c. Current e. Permukaan air |
b. Bambu
berlubang sebagai Inlet sekaligus aerasi
d. Plataran f. Paralon (Out let) |
Bambu
berlubang sebagai inlet berfungsi untuk membantu adanya difusi Oksigen dari
udara (semakin banyak in let bambu oksigen yang dihasilkan semakin banyak, dan
kemiringan pematang serta plataran berfungsi untuk memberikan kondisi optimum
bagi udang saat terjadi molting. Untuk mempermudah pengeringan kemiringan kolam
dari in let ke arah out let dibuat + 5 º, jika diperlukan didepan out let
dibuatkan tempat penampungan udang saat pemanenan. Luas kolam untuk budidaya
udang galah yang ideal berukuran antara 500 – 1.000 m2
c.
Sistem Pemeliharaan
1.
Tahap Persiapan
a)
Perbaikan pematang, pembuatan kemalir dan perbaikan
kemiringan kolam dari pintu pemasukan air kearah pintu pengeluaran air,
pemasangan saringan pada pintu masuk untuk menghindari masuknya kotoran atau
binatang pemangsa.
b)
Pengeringan dan pengolahan tanah sangat dianjurkan.
Apabila dalam pengeringan mengalami kesulitan, pemberian kapur tohor guna
memperbaiki struktur tanah perlu dilakukan (dosis disesuaikan dengan pH tanah
dan jenis tanah)
c)
Pemberantasan hama dan penyakit dapat menggunakan
Saponin, Brestan 60, Rotenon dan zat-zat pemberantasan lainnya yang dianjurkan.
d)
Untuk meningkatkan produktivitas lahan perlu pemberian
pupuk/bahan organik (kompos dan lain-lain) diperlukan guna merangsang
pertumbuhan jasad renik untuk makanan alami benur udang galah, penggunaan
disesuaikan dengan daya dukung lahan:
Penggunaan pupuk:
• Pupuk
kandang
|
: 100 –
200 gr/m2
|
• Pupuk Urea
|
: 5 – 10 gr/m2
|
• Pupuk
TSP
|
: 10 – 20
gr/m2
|
• Kapur
Tohor
|
: 100 –
200 gr/m2
|
e)
Pemupukan
susulan dilakukan setiap 1 – 2 Minggu sekali dengan dosis:
• Pupuk
kandang
|
: 25 - 50
gr/m2
|
• Pupuk
Urea
|
: 3 – 5
gr/m2
|
• Pupuk
TSP
|
: 5 - 10
gr/m2
|
f)
Pengisian air secara bertahap untuk disesuaikan dengan
tahap pertumbuhan udang (tahap pendederan: 30-60 cm, pembesaran: 1-1,5 m).
Setelah kondisi warna air stabil benur dapat ditebarkan.
g)
Pemberian rumpon/shelter sebagai tempat berlindung/
berpijak, berupa daun kelapa, dan nipah, ranting bambu/ bambu belah dll.
h)
Penebaran Benur :
Ø Pilih benur
yang baik dan sehat (baik dari alami maupun panti pembenihan) dengan tanda
sebagai berikut; gerakan lincah, warna coklat/hitam cerah, ukuran seragam
(homogen) dan lain-lain.
Ø Benur ditebarkan
ketempat yang telah dipersiapkan misal kolam pendederan, ataupun langsung ke
kolam pemeliharaan yang telah dibebas hamakan sebelumnya. Penebaran sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari agar udang tidak mengalami stress.
i)
Kepadatan Benur
Kepadtan benur dianjurkan disesuaikan dengan
teknologi/pola usaha yang digunakan
Ø Penebaran
benur udang galah menurut pengalaman petani dilakukan penebaran dengan
kepadatan untuk ukuran Juvenil: 10 - 20 ekor/m2 dan untuk Tokolan kepadatan 5 –
10 ekor/m2, mengingat tehnologi dan pola budidaya yang digunakan dikatagorikan
masih sangat sederhana (tradisional).
Ø Untuk
teknologi yang menggunakan pola tanam intensif, kepadatan benur yang ditebar
berkisar 20 ekor/m2 ke atas, dan sangat tergantung dari daya dukung lahan,
fasilitas/sarana/prasarana budidaya yang dimiliki serta kemampuan skil dan
permodalan pembudidaya.
d.
Pengelolaan kualitas Air
1.
Kandungan pH
Ø pH air yang
baik sekitar 7,5 – 8,5 yang diukur secara tetap
Ø Apabila pH
rendah perlu ditambahkan kapur, dan pH tinggi perlu penambahan air bersih baru
(diukur dengan kertas lakmus atau pH meter).
2.
Warna dan Kekeruhan Air
Ø Warna air
hijau dan coklat adalah warna plankton atau jasad renik makanan alami udang
galah. Perubahan warna secara mendadak akibat lingkungan kurang baik segera
deperiksa guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Ø Kekeruhan
akibat blomming plankton perlu dicegah dengan mempertahankan kejernihan sedalam
25-35 cm (diukur dengan Seichi Disk), Apabila kekeruhan lebih dangkal dari
ketentuan diatas perlu ditambahkan air bersih bersamaan dengan pembuangan air.
3.
Kandungan DO
Kandungan oksigen yang baik minimum 4 ppm (diukur
dengan DO meter).
4.
Suhu Air
Temperatur air yang baik 25º – 30º C (diukur dengan termometer), apabila
temperatur air turun sampai 18º C, maka udang akan kehilangan nafsu makan, dan
apabila lebih dari 32º C dapat mengakibatkan kematian udang.
e.
Pemberian Pakan
Contoh Pedoman Pemberian
Pakan Untuk 10.000 Ekor Benur
Umur Udang
(hari) |
BERAT
RATA ² UDANG (Gr/Ekor) |
%
UDANG HIDUP |
JUMLAH
UDANG HIDUP (Ekor) |
FREKUENSI
PEMBERIAN PAKAN (Kali/hari) |
PAKAN
|
VOLUME PAKAN
|
KOMULATIF
PAKAN (Kg) |
||
Kode
|
%
|
(Kg/Hari)
|
(Kg/15 Hari)
|
||||||
1
|
0,04
|
100
|
10.000
|
3
|
801
|
40
|
0,16
|
2,40
|
2,40
|
15
|
0,10
|
95
|
9.500
|
3
|
801
|
20
|
0,20
|
3,00
|
5,40
|
30
|
0,40
|
90
|
9.000
|
3
|
801+2
|
7
|
0,25
|
3,75
|
9,15
|
45
|
1,00
|
85
|
8.500
|
3
|
801+2
|
7
|
0,60
|
9,00
|
18,15
|
60
|
2,00
|
80
|
8.000
|
3
|
802
|
6
|
1,00
|
15,00
|
33,15
|
75
|
3,00
|
77,5
|
7.750
|
3
|
802
|
6
|
1,40
|
21,00
|
54,15
|
90
|
5,00
|
75
|
7.500
|
3
|
802
|
5
|
1,90
|
28,50
|
82,65
|
105
|
8,00
|
72,5
|
7.250
|
3
|
802
|
4,5
|
2,60
|
39,00
|
121,65
|
120
|
12,00
|
70
|
7.000
|
4
|
802
|
4
|
3,40
|
51,00
|
172,65
|
135
|
19,00
|
67,5
|
6.750
|
4
|
803
|
3,5
|
4,50
|
67,50
|
240,65
|
150
|
28,00
|
65
|
6.500
|
4
|
803
|
3
|
5,50
|
82,50
|
322,65
|
165
|
35,00
|
62,5
|
6.250
|
4
|
803
|
3
|
6,60
|
99,00
|
421,65
|
180
|
50,00
|
60
|
6.000
|
4
|
803
|
3
|
9,00
|
135,00
|
556,65
|
Ø Pemeliharaan
udang kolam sawah berkisar selama 4 - 6 bulan
Ø Total pakan
yang diberikan disesuai dengan jumlah biota yang dipelihara, waktu pemeliharaan
pagi, siang, sore dan malam dengan porsi pakan paling banyak pada malam hari.
Ø Berat udang
rata-rata sesuai dengan waktu pemeliharaan diukur melalui sampling sekaligus
berfungsi untuk menentukan prosentase pakan yang akan diberikan.
Ø Ciri-ciri
pakan yang baik :
1)
Pakan memiliki Kandungan gizi yang sempurna
2)
Pakan memiliki daya tarik yang sempurna terhadap udang
peliharaan
3)
Pakan mampu menhasilkan kulit udang yang keras
4)
Pakan tidak mudah merusak kualitas air
5)
Kualitas Pakan Stabil
f.
Shellter
Shellter dibuat dari potongan bilah
bambu utuh yang dibelah dua kemudian dirangkai seperti kere, disusun berjajar
dan dipasang dengan menggunakan pancang, shellter berfungsi untuk berlindung
bagi udang dan mengurangi terjadinya kanibal dengan harapan survival rate (SR)
akan tinggi. Menurut pengalaman semakin banyak shellter yang dipasang SR akan
semakin tinggi.
g.
Panen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar