Jumat, 20 November 2015

BUDIDAYA UDANG GALAH DAN PADI (UGADI)

A.      Latar Belakang
Budidaya Minapadi yakni budidaya ikan dan tanaman padi yang dikerjakan dalam lahan yang sama, kini menjadi salah satu alternatif usaha yang dapat memberikan nilai tambah pendapatan bagi pembudidaya ataupun petani. Usaha budidaya minapadi ini telah berkembang dengan cukup baik. Baik sebagai usaha pendederan ataupun sebagai usaha pembesaran. Ikan yang dibudidayakan di dalam kegiatan minapadi ini antara lain ikan mas dan nila. Namun, kini juga mulai berkembang usaha minapadi dengan mengusahakan tanaman padi bersama dengan udang galah. Budidaya minapadi dengan komoditas udang galah kini menjadi salah satu kegiatan yang digalakkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Ditjen Perikanan Budidaya sebagai usaha alternatif yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pembudidaya. Usaha perikanan budidaya dengan sistem minapadi menggunakan komoditas udang galah yang biasa disingkat dengan nama Ugadi ini cukup menggiurkan. Potensi omset usaha Ugadi lebih besar dibandingkan dengan usaha minapadi dengan komoditas lainnya. Omset kegiatan usaha ini mencapai puluhan juta rupiah.
Ugadi yakni budidaya udang galah berbarengan dengan tanaman padi pada prinsipnya tidaklah berbeda dengan usaha minapadi dengan komoditas ikan mas dan ikan nila yang telah dilakukan oleh pembudidaya. Bedanya hanya pada komoditas yang dibudidayakan yakni udang galah. Minapadi yang dilakukan pada model ugadi ini adalah minapadi dengan konsep minapadi tumpang sari yaitu dengan menanam padi kemudian setelah umur padi 10 hari barulah dilakukan penebaran benih udang galah dengan kepadatan tebar 5 ekor per meter persegi. Benih padi yang ditanam adalah benih padi INPARI 13 yang memiliki masa pemeliharaan tidak jauh berbeda dengan udang galah. Pemilihan  bibit padi yang tidak jauh berbeda masa pemeliharaan ini dimaksudkan agar pembudidaya dapat menikmati hasil yang berlipat karena memiliki dua pendapatan dari penen udang galah dan tanaman padi.
Salah satu syarat keberhasilan dan kesinambungan usaha perikanan budidaya adalah ketersediaan benih. Masalah ketersedian benih tidak menjadi kendala karena saat ini benih Udang galah tersedia melimpah. BBPBAT Sukabumi adalah salah satu pemasok benih udang galah untuk kegiatan minapadi ini. Pada tahun 2012 telah diproduksi benih udang galah sebanyak lima juta ekor benih dengan kualitas terbaik untuk mendukung usaha ini. Kedepan, BBPBAT akan meningkatkan produksi benih udang galah untuk lebih mendukung dan memperkuat usaha ugadi ini seiring dengan digalakkannya usaha ini di tahun ini
Dari sisi pertanian, usaha Ugadi ini merupakan salah satu langkah guna memininalisasi alih fungsi lahan padi. Seperti sudah banyak diketahui bahwa banyak lahan padi yang berubah fungsi dan menggerus lahan sawah yang kemudian mengancam ketahanan pangan nasional. Dengan adanya metode ini diharapkan alih fungsi lahan sawah dapat berkurang dan dapat meningkatkan produktivitas pembudidaya dan meningkatkan ketahan pangan nasional. Dengan metode Ugadi ini tidak hanya udang galah saja yang menjadi lebih sehat tetapi juga mampu meningkatkan hasil panen tanaman padi. Saat ini rata-rata produktivitas padi nasional masih berkisar 4,9 ton/ha. Sementara, melalui sistem minapadi, produktivitas padi naik menjadi 7-8 ton/ha. Selain itu, tanaman padi lebih sehat karena tidak perlu menggunakan bahan-bahan pestisida dan bahan-bahan kimia berbahaya dan juga padi tidak mudah terserang hama ataupun penyakit.
A.      Tujuan
1.      Memberdayakan lahan sawah atau lahan pekarangan, sekaligus menciptakan model pengembang untuk meningkatkan pendapatan dengan berbudidaya ikan/udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
2.      Meningkatkan komoditas perikanan kualitas ekspor, baik penyediaan benih, dan komsumsi.
3.      Mendukung kegiatan pengembangan pertanian terpadu.


B.       Dasar Teori
a.       Aspek Teknis
1.      Lokasi
Ø Kolam sawah dekat sumber air dan mudah mendapatkan air tawar yang bersih, bebas dari pencemaran limbah industri, obat-obatan pertanian dan lain-lain.
Ø Fasilitas transportasi (jalan atau sungai) yang memadai untuk mempermudah pengangkutan sarana produksi (pakan, benur), hasil panen dan lain-lain
Ø Lokasi Kolam sawah sebaiknya terhindar dari daerah: banjir, pengendapan lumpur, kelebihan air tawar pada waktu musim hujan.
2.      Sumber Air
Ø Air tawar bebas/bersih dari bahan pencemaran dan perlu disaring/diendapkan sebelum dimasukan kedalam kolam sawah (menghindari masuknya jasad kompetitor dan predator).
Ø Air tawar berasal dari sungai maupun air bawah tanah (pengeboran) yang bebas pencemaran.
3.      Fasilitas, Peralatan dan Mesin
Ø Tersedianya kolam sawah pemeliharaan yang bentuk dan luasnya disesuaikan, kolam cadangan air, pintu air pembuangan dan pemasukan yang terpisah dan memadai, peralatan uji kualitas air, gudang penyimpanan pakan, jaring dan lain-lain.
Ø Sumber tenaga untuk penggerak air seperti pompa air, kincir air dan perlengkapan penunjang lainnya (Jika diperlukan sesuai padat penebaran).
Ø Kapasitas sumber tenaga hendaknya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
4.      Ukuran dan Dasar kolam sawah
Ø Ukuran kolam sawah yang disesuaikan luas standar + 500 – 1.000 m2 per petak untuk memudahkan pemanenan, perawatan, penggantian air dan pengawasanya.
Ø Dasar kolam/sawah yang baik terdiri dari kombinasi tanah lumpur dan pasir.
Ø Udang galah mempunyai daerah produktif dibagian pinggir kolam dekat tanggul, sehingga makin panjang bentuk kolam, maka makin luas daerah produktifnya.
b.      Konstruksi Kolam sawah
Penampang Kolam
http://warintek.bantulkab.go.id/basisdata/Budidaya_Perikanan/images/penampang.JPG 



           

             Keterangan :
a. Pematang
c. Current
e. Permukaan air
b. Bambu berlubang sebagai Inlet sekaligus aerasi
d. Plataran
f. Paralon (Out let)
Bambu berlubang sebagai inlet berfungsi untuk membantu adanya difusi Oksigen dari udara (semakin banyak in let bambu oksigen yang dihasilkan semakin banyak, dan kemiringan pematang serta plataran berfungsi untuk memberikan kondisi optimum bagi udang saat terjadi molting. Untuk mempermudah pengeringan kemiringan kolam dari in let ke arah out let dibuat + 5 º, jika diperlukan didepan out let dibuatkan tempat penampungan udang saat pemanenan. Luas kolam untuk budidaya udang galah yang ideal berukuran antara 500 – 1.000 m2
c.       Sistem Pemeliharaan
1.      Tahap Persiapan
a)        Perbaikan pematang, pembuatan kemalir dan perbaikan kemiringan kolam dari pintu pemasukan air kearah pintu pengeluaran air, pemasangan saringan pada pintu masuk untuk menghindari masuknya kotoran atau binatang pemangsa.
b)        Pengeringan dan pengolahan tanah sangat dianjurkan. Apabila dalam pengeringan mengalami kesulitan, pemberian kapur tohor guna memperbaiki struktur tanah perlu dilakukan (dosis disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah)
c)        Pemberantasan hama dan penyakit dapat menggunakan Saponin, Brestan 60, Rotenon dan zat-zat pemberantasan lainnya yang dianjurkan.
d)       Untuk meningkatkan produktivitas lahan perlu pemberian pupuk/bahan organik (kompos dan lain-lain) diperlukan guna merangsang pertumbuhan jasad renik untuk makanan alami benur udang galah, penggunaan disesuaikan dengan daya dukung lahan:
Penggunaan pupuk:
• Pupuk kandang
: 100 – 200 gr/m2
• Pupuk Urea
: 5 – 10 gr/m2
• Pupuk TSP
: 10 – 20 gr/m2
• Kapur Tohor
: 100 – 200 gr/m2
e)        Pemupukan susulan dilakukan setiap 1 – 2 Minggu sekali dengan dosis:
• Pupuk kandang
: 25 - 50 gr/m2
• Pupuk Urea
: 3 – 5 gr/m2
• Pupuk TSP
: 5 - 10 gr/m2
f)         Pengisian air secara bertahap untuk disesuaikan dengan tahap pertumbuhan udang (tahap pendederan: 30-60 cm, pembesaran: 1-1,5 m). Setelah kondisi warna air stabil benur dapat ditebarkan.
g)        Pemberian rumpon/shelter sebagai tempat berlindung/ berpijak, berupa daun kelapa, dan nipah, ranting bambu/ bambu belah dll.
h)        Penebaran Benur :
Ø Pilih benur yang baik dan sehat (baik dari alami maupun panti pembenihan) dengan tanda sebagai berikut; gerakan lincah, warna coklat/hitam cerah, ukuran seragam (homogen) dan lain-lain.
Ø Benur ditebarkan ketempat yang telah dipersiapkan misal kolam pendederan, ataupun langsung ke kolam pemeliharaan yang telah dibebas hamakan sebelumnya. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari agar udang tidak mengalami stress.
http://trobos.com/images/artikel/Nov%202011/Primadona-Udang.gif
i)          Kepadatan Benur
Kepadtan benur dianjurkan disesuaikan dengan teknologi/pola usaha yang digunakan
Ø  Penebaran benur udang galah menurut pengalaman petani dilakukan penebaran dengan kepadatan untuk ukuran Juvenil: 10 - 20 ekor/m2 dan untuk Tokolan kepadatan 5 – 10 ekor/m2, mengingat tehnologi dan pola budidaya yang digunakan dikatagorikan masih sangat sederhana (tradisional).
Ø  Untuk teknologi yang menggunakan pola tanam intensif, kepadatan benur yang ditebar berkisar 20 ekor/m2 ke atas, dan sangat tergantung dari daya dukung lahan, fasilitas/sarana/prasarana budidaya yang dimiliki serta kemampuan skil dan permodalan pembudidaya.
d.      Pengelolaan kualitas Air
1.      Kandungan pH
Ø  pH air yang baik sekitar 7,5 – 8,5 yang diukur secara tetap
Ø  Apabila pH rendah perlu ditambahkan kapur, dan pH tinggi perlu penambahan air bersih baru (diukur dengan kertas lakmus atau pH meter).
2.      Warna dan Kekeruhan Air
Ø  Warna air hijau dan coklat adalah warna plankton atau jasad renik makanan alami udang galah. Perubahan warna secara mendadak akibat lingkungan kurang baik segera deperiksa guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Ø  Kekeruhan akibat blomming plankton perlu dicegah dengan mempertahankan kejernihan sedalam 25-35 cm (diukur dengan Seichi Disk), Apabila kekeruhan lebih dangkal dari ketentuan diatas perlu ditambahkan air bersih bersamaan dengan pembuangan air.
3.      Kandungan DO
Kandungan oksigen yang baik minimum 4 ppm (diukur dengan DO meter).
4.      Suhu Air
Temperatur air yang baik 25º – 30º C (diukur dengan termometer), apabila temperatur air turun sampai 18º C, maka udang akan kehilangan nafsu makan, dan apabila lebih dari 32º C dapat mengakibatkan kematian udang.

e.       Pemberian Pakan
Contoh Pedoman Pemberian Pakan Untuk 10.000 Ekor Benur
Umur Udang
(hari)
BERAT
RATA ²
UDANG
(Gr/Ekor)
%
UDANG
HIDUP
JUMLAH
UDANG
HIDUP
(Ekor)
FREKUENSI
PEMBERIAN PAKAN
(Kali/hari)
PAKAN
VOLUME PAKAN
KOMULATIF
PAKAN
(Kg)
Kode
%
(Kg/Hari)
(Kg/15 Hari)
1
0,04 
100 
10.000 
3
801 
40 
0,16 
2,40 
2,40 
15
0,10 
95 
9.500 
3
801 
20 
0,20 
3,00 
5,40 
30
0,40 
90 
9.000 
3
801+2 
0,25 
3,75 
9,15 
45
1,00 
85 
8.500 
3
801+2 
0,60 
9,00 
18,15 
60
2,00 
80 
8.000 
3
802 
1,00 
15,00 
33,15 
75
3,00 
77,5 
7.750 
3
802 
1,40 
21,00 
54,15 
90
5,00 
75 
7.500 
3
802 
1,90 
28,50 
82,65 
105
8,00 
72,5 
7.250 
3
802 
4,5 
2,60 
39,00 
121,65 
120
12,00 
70 
7.000 
4
802 
3,40 
51,00 
172,65 
135
19,00 
67,5 
6.750 
4
803 
3,5 
4,50 
67,50 
240,65 
150
28,00 
65 
6.500 
4
803 
5,50 
82,50 
322,65 
165
35,00 
62,5 
6.250 
4
803 
6,60 
99,00 
421,65 
180
50,00 
60 
6.000 
4
803 
9,00 
135,00 
556,65 

Ø  Pemeliharaan udang kolam sawah berkisar selama 4 - 6 bulan
Ø  Total pakan yang diberikan disesuai dengan jumlah biota yang dipelihara, waktu pemeliharaan pagi, siang, sore dan malam dengan porsi pakan paling banyak pada malam hari.
Ø  Berat udang rata-rata sesuai dengan waktu pemeliharaan diukur melalui sampling sekaligus berfungsi untuk menentukan prosentase pakan yang akan diberikan.
Ø  Ciri-ciri pakan yang baik :
1)   Pakan memiliki Kandungan gizi yang sempurna
2)   Pakan memiliki daya tarik yang sempurna terhadap udang peliharaan
3)   Pakan mampu menhasilkan kulit udang yang keras
4)   Pakan tidak mudah merusak kualitas air
5)   Kualitas Pakan Stabil
f.       Shellter
Shellter dibuat dari potongan bilah bambu utuh yang dibelah dua kemudian dirangkai seperti kere, disusun berjajar dan dipasang dengan menggunakan pancang, shellter berfungsi untuk berlindung bagi udang dan mengurangi terjadinya kanibal dengan harapan survival rate (SR) akan tinggi. Menurut pengalaman semakin banyak shellter yang dipasang SR akan semakin tinggi.
g.      Panen 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar