KUALITAS AIR DALAM DUNIA AQUACULTURE
|
alam dunia aquaculture, kualitas air merupakan
syarat untuk berhasil dalam operasi budidaya.
Kontrol yang tepat terhadap
lingkungan perairandan kualitas air sangat diperlukan untuk menjaga kondisi
yang optimal dalam hal kesehatan dan pertumbuhan hewan air yang dipelihara. Di
dalam ekosistem,banyak perameter kualitas air saling berinteraksi dan
berpengaruh satu sama lain, kadang-kadang terjadi sangat kompleks.
Parameter-parameter tersebut yang sangat kritis adalah oksigen terlarut (DO), temperatur, pH, amonia, nitrit, total
dissolved solids, alkalinitas, karbon dioksida (CO2), dan total dissolved
solid / total bahan padat terlarut (TDS). Banyak parameter yang menyebabkan
masalah dan diperlukan pengecekan secara periodik/ berkala. Limit/ batas yang
tepat untuk tiap-tiap parameter, tergantung pada spesies/ jenis dan system yang
dirancang untuk dipelihara.
Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut adalah parameter yang
paling berpengaruh terhadap kesehatan udang dan hewan lainnya dan secara
prinsip harus di cek secara terus menerus. DO pada batas bawah dapat
menyebabkan beberapa pengaruh fisiologis dan dapat menyebabkan kematian pada
level /batas sangat rendah.
Temperatur / suhu adalah parameter penting selain oksigen terlarut,
yang dapat membentuk kondisi lingkungan yang optimum untuk kehidupan udang dan
hewan air lainnya. Nafsu makan udang yang lebih baik, pertumbuhan yang lebih
cepat, reproduksi yang lebih cepat dan
kondisi umum yang lebih menyehatkan akan
dapat dijangkau bila suhu yang tepat terjaga
dengan baik. Apabila suhu diluar ukuran optimal atau
suhu terlalu rendah dan terlalu tinggi akan dapat menyebabkan masalah dalam
budidaya bahkan dapat menyebabkan kematian.
pH adalah kualitas air yang
menunjukkan tingkat keasaman atau basa suatu perairan. Secara kimia pH
didefinisikan sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. Air
dengan pH 7.0 dikatakan netral (tidak
asam dan tidak basa) pada suatu perairan. Jika pH dibawah 7.0 dikatakan asam dan
pH diatas 7.0 dikatakan basa (bersifat alkali). pH optimum untuk kehidupan
udang Penaeus monodon adalah 7,5 –
8,5. Air laut yang memiliki kapasitas buffer yang lebih
besar biasanya pH selalu stabil. Namun di kolam budidaya (menggunakan air laut)
masih sering terjadi pH yang terlalu fluktuatif. Ini disebabkan oleh tingginya
inputan bahan organik dan fluktuatifnya plankton yang tumbuh di air kolam. Pada
nilai pH yang terlalu ekstrim dapat membahayakan dan mematikan udang, selain
itu juga mempengaruhi beberapa parameter lingkungan air budidaya. Diantaranya
pH dapat berpengaruh pada tingkat racun amonia, nitrit dan hidrogen sulfat.
Sedangkan perairan yang banyak terdapat logam seperti tembaga, alumunium dan
seng adalah merupakan fungsi pH.
Kandungan Nitrogen berperan penting dalam system aquaculture
termasuk amonia, nitrit dan nitrat. Nitrogen adalah nutrien essensial yang
diperlukan untuk kehidupan seluruh organisme, namun jumlah yang dibutuhkan agak
kecil. Biasanya masalah yang timbul adalah kandungan nitrogen yang berlebihan.
Nitrogen tidak hanya dari pembuangan (kotoran) udang atau hewan air lainnya,
tetapi juga dihasilkan dari berbagai bahan organik yang membusuk di air dan
sumbangan dari bahan-bahan yang mengandung nitrogen. Gas nitrogen di atmosfeer juga dapat larut ke
dalam air (absorbsi). Amonia dapat
terjadi dalam dua bentuk, yaitu Un-ion amonia (NH3) dan Un-ion
amonium (NH4+). Un-Ion amonia adalah bentuk yang lebih racun dari
Un-ion amonium, dan konsentrasinya dipengaruhi oleh pH, suhu dan total partikel
tersuspensi. Dalam proses nitrifikasi, amonia dirubah menjadi nitrit kemudian
menjadi nitrat. Nitrit adalah racun karena dapat bercampur dalam darah. Monitor
dan kontrol yang tepat adalah hal sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan
udang atau organisme air lainnya.
Total dissolved solid (TDS atau bahan-bahan padat terlarut). Karena
kebanyakan bahan yang terlarut adalah
garam (sodium chloride), TDS sering disebut “salinitas,”. Berdasarkan garam ada
tiga golongan air, yaitu air asin, air payau dan air tawar. Setiap organisme
air memiliki batasan salinitas optimum untuk mencapai pertumbuhan yang paling
baik. Pada udang salinitas yang optimum yaitu salinitas 15 hingga 30 ppt.
Alkalinitas ditandai oleh kemampuan
buffer atau kemampuan untuk menetralkan asam dalam air. Alkalinitas dapat
muncul dari berbagai larutan, tapi secara umum alkalinitas diperairan tergantung
oleh karbonat dan bikarbonat. Besarnya
alkalinitas dapat ditentukan oleh titrasi sederhana dengan menggunakan larutan
asam sulfur. Alkalinitas di perairan terikat lansung dengan CO2 dan pH. Ketiga unsur tersebut (Alkalinitas, CO2 dan pH) harus dijaga / kontrol setiap hari
dalam budidaya udang. Jika Alkalinitas rendah dapat menyebabkan flukutasi pH
pagi dan sore terlalu tinggi. Hewan yang dipelihara seperti udang akan
mengalami stress dan bahkan mortaliti.
Karbon dioksida (CO2 ) adalah suatu bagian dari system
aquaculture yang berasal dari respirasi dan dekomposisi bahan organik di dalam
kolam. Sebagian kecil CO2
berasal dari atmosfir. Kelebihan Karbon dioksda dapat mengurangi
kemampuan hewan air yang dipelihara dikolam (udang dan ikan) dalam menggunakan
oksigen dan selanjutnya system pernafasan akan terganggu.
Total suspended solid (TSS atau bahan padat tersuspensi). Adalah
merupakan bahan-bahan tersuspensi seperti kotoran udang, bakteria, alga dan
sisa pakan yang tidak termakan. Tingginya suspendid solid (TSS) dapat
mempengaruhi kesehatan udang dengan rusaknya insang udang. Besarnya TSS
sebaiknya secara rutin dijaga agar dibawah batas tertentu hingga tidak
mengganggu kesehatan udang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar